Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah memperkirakan belanja subsidi bahan bakar minyak akan jebol tahun ini akibat pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.
APBN-P 2013 menganggarkan belanja subsidi BBM Rp199,9 triliun. Sementara itu, realisasi belanja subsidi BBM per 31 Agustus sudah Rp132,4 triliun atau 66,3% dari pagu anggaran.
Pelaksana Tugas Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Bambang P.S. Brodjonegoro memperkirakan belanja subsidi BBM pada akhir tahun akan melebihi pagu anggaran. Namun, dia memastikan deviasi itu tak melebihi 1% dari pagu anggaran.
“Saya enggak mau ngomong angka. Pokoknya realisasi belanja subsidi lewat dari 100% (terhadap pagu anggaran). (Realisasi belanja) 101% enggak sampai. (Hanya) 100% sekian,” katanya, Jumat (6/9/2013).
Menurutnya, faktor yang lebih kuat memengaruhi pembengkakan belanja subsidi BBM adalah depresiasi rupiah selama 2 bulan terakhir yang praktis diikuti kenaikan biaya impor bahan bakar fosil itu.
Rupiah pekan ini sudah di atas Rp11.500 per dolar AS atau jatuh 20,5% sejak awal tahun (year to date).
Sebagaimana ditetapkan dalam APBN-P 2013, setiap pelemahan nilai tukar Rp100 per dolar Amerika Serikat akan menambah defisit anggaran Rp955,9 miliar-Rp1,24 triliun. Adapun asumsi nilai tukar rata-rata sepanjang 2013 ditetapkan Rp9.600 per dolar AS.
Di sisi lain, kenaikan harga minyak di pasar internasional baru-baru ini relatif belum berdampak masih dalam jangkauan asumsi APBN-P 2013 yang rata-rata US$108 per barel sepanjang tahun. Begitu pula dengan konsumsi yang masih aman di kisaran 48 juta kiloliter. “Volumenya yang pasti bisa dikontrol. Penambahannya (belanja subsidi) hanya dari kurs saja,” tuturnya.