Bisnis.com, JAKARTA— Empat organisasi terkait gerakan koperasi Indonesia yang terdiri dari Koalisi Pemangku Konstitusi, Institute for Global juctice, Lembaga Studi Pengembangan Perkoperasian Indonesia , dan Koperasi Pemuda Indonesia pesimistis terhadap hasil APEC Summit 2013 bagi perkembangan koperasi nasional.
Melihat kenyataan yang terjadi saat ini, sulit mengharapkan dengan traktat perdagangan bebas yang menjadi mantra bersama peserta APEC Summit 2013. Apalagi membawa kemanfaatan nyata bagi koperasi Indonesia yang diperkuat pelaku usaha mikro kecil dan menengah.
Tema yang diusung empat organisasi koperasi nasional pada pertemuannya, Senin (7/10/2013) adalah menimbang dampak pertemuan negara anggota Asian Pacific Economic Cooperative (APEC) bagi eksistensi koperasi di Indonesia.
“Untuk kedua kalinya Indonesia menjadi tuan rumah forum kerja sama APEC setelah 19 tahun lalu perhelatan pertama di Bogor.” Ungkap salah satu peserta pertemuan koalisi dari Koperasi Pemuda Indonesia (Kopindo), Ilham Nasai kepada Bisnis, Selasa (8/10/2013).
APEC 2013 yang berlabel Resilient Asia Pacific – Engine of Global Growth memperlihatkan ambisi kuat untuk terus melanjutkan dan membuka perdagangan bebas di kawasan demi pertumbuhan ekonomi global. APEC.Organisasi ini diyakini akan menjadi mesin utama bagi pertumbuhan dunia.
Ilham yang juga tokoh di Lembaga Studi Pengembangan Perkoperasian Indonesia (LSP2I), menjelaskan APEC selanjutnya akan mempertajam cita-cita normatifnya. Pertama, memperkuat kembali visi dasar the Bogor Goals yang mencakup perdagangan bebas, investasi, standarisasi, dan reformasi struktural.
Bagi Indonesia dengan potensi sumber daya ekonomi yang besar, akan semakin menyeret arus ke luar masuk barang, investasi, modal, tenaga kerja, dan teknologi semakin deras menyerbu pasar domestik. Kondisi ini akan membawa dampak bagi geliat pertumbuhan ekonomi. (ltc)