Bisnis.com, SURABAYA - Pebisnis diminta mengantisipasi pelambatan kinerja ekonomi 2014 yang dipicu keseimbangan baru rupiah dan kebijakan moneter, seperti penaikan suku bunga acuan Bank Indonesia.
Kepala Ekonom PT Bank Negara Indonesia Tbk. Ryan Kiryanto menguraikan mayoritas perbankan menargetkan kredit tumbuh 18%-19% pada 2014.
Namun, setelah suku bunga acuan Bank Indonesia ditetapkan 7,5% maka pertumbuhan kredit akan turun di kisaran 15%-16%.
"Jadi ada bank yang harus merevisi ke bawah menyesuaikan dengan target yang ditetapkan BI," jelasnya seusai Business Banking Solutions Xchange BNI di Surabaya, Kamis (14/11/2013).
Menurutnya, kenaikan suku bunga acuan menjadi 7,5% akan berdampak pada impor dan ekspansi usaha pebisnis. Fenomena itu akan diikuti perbankan dengan menurunkan target pembiayaan.
"Tentu nanti bank lebih selektif dan sektor yang dibiayai lebih prudent," tambahnya.
Sementara itu, di sisi lain, pemerintah sedang menggenjot pertumbuhan ekonomi dengan merevisi daftar negatif investasi. Selain itu pertumbuhan digenjot dengan menawarkan 56 proyek senilai US$44,8 miliar.
Menurutnya, langkah ini bisa memperbesar defisit neraca berjalan. Sehingga pemerintah harus memilih antara menyehatkan neraca perdagangan dengan mengerem ekspansi ekonomi atau memperbesar pertumbuhan.
Potensi pelambatan bagi sejumlah kalangan bukan berarti perputaran uang di dalam negeri berkurang. Belanja pemerintah tahun depan yang mencapai Rp1.816,7 triliun naik 6,73% dari alokasi 2013 Rp1.726,2 triliun akan mendorong ekonomi.