Bisnis.com, JAKARTA - Organisasi nonpemerintah bidang lingkungan, Greenomics Indonesia mengungkapkan hutan alam yang kaya akan karbon di lahan perusahaann Asia Pulp and Paper (APP) terus merosot jumlahnya.
Direktur Eksekutif Greenomics Indonesia, Elfian Effendi di Jakarta, Minggu (8/12/2013) mengatakan, APP ditengarai menebangi hutan alam bernilai karbon tinggi di konsesi lama mereka dan berdalih terjadi pelanggaran kebijakan konservasi.
Hal itu, tambah Elfian Effendi, tertuang dalam hasil kajian terbaru Greenomics Indonesia yang bertajuk "Akankah APP Mengorbankan Skala Ekonomi untuk Memastikan Sukses FCP Pada Konsesi Barunya?".
Dalam kajian tersebut, Greenomics melakukan studi kasus pada empat konsesi hutan tanaman industri (HTI) dengan luas sekitar 100.000 hektare.
Konsesi tersebut adalah PT Acacia Andalan Utama (AAU), PT Kelawit Wana Lestari (KWL), PT Cahaya Mitra Wiratama (CMW) yang terletak di Kalimantan Timur, dan PT Bumi Mekar Hijau (BMH) di Kalimantan Barat.
"APP tidak bisa melepaskan diri sebagai penyebab deforestasi jika rencana untuk melakukan pembersihan lahan pada bagian dari hutan kaya karbon di empat konsesi tersebut akhirnya direalisasikan," kata Elfian.
Dia menambahkan, APP harus secara tegas mengumumkan kepada publik tentang rencana kerja umum (RKU) perusahaan tersebut terkait pembersihan lahan.
"Apa yang seharusnya tidak dilakukan oleh APP adalah terus mempromosikan FCP, sementara di sisi lain mengembangkan mekanisme teknis untuk mengurangi luas HCS demi memenuhi skala ekonomi pengelolaan HTI," katanya.
Pada konsesi AAU misalnya. Sesuai dengan RKU 2012-2021, AAU berencana untuk melakukan pembersihan lahan seluas 18.391 hektare atau 83,73% dari total konsesinya barunya.
Padahal 12.997 hektare dari 18.391 hektare itu (70,67%) bertutupan vegetasi hutan sekunder dan belukar tua.
Itu berarti lahan tersebut dikategorikan hutan kaya karbon berdasarkan HCS (high carbon stock). Pada konsesi BMH, berdasarkan RKU hasil revisi tahun 2012, akan dilakukan pembersihan lahan seluas 22.196 hektare dari total luas konsesi seluas 25.580 hektare.
Dari luas lahan yang ditarget untuk dilakukan pembersihan lahan, seluas 17.625 hektare atau 79,53% memiliki tutupan vegetasi berupa hutan gambut sekunder dan belukar tua yang jelas berupa HCS.
Menurut Elfian, publik kini menyoroti bagaimana kebijakan APP terhadap kawasan HCS yang sebelumnya sudah ditargetkan untuk pembersihan lahan.
"Dengan lahan yang tidak dikategorikan sebagai HCS hanya sekitar 20 pertanyaan, menjadi pertanyaan apakah APP akan tetap mengembangkan lahan tersebut? Skala ekonomi tentu akan menjadi pertimbangan. Apalagi, lahan yang bisa dikembangkan secara teoritis, kenyataannya belum tentu," ujar Elfian.
APP mengumumkaan FCP Februari 2013 dan mengklaim akan melindungi hutan alam dan kaya karbon pada konsesinya, namun demikian, menurut dia, lembaga Eyes on The Forest menemukan pelanggaran pada konsesi PT Riau Indo Agropalma.
Pelanggaran juga terjadi pada konsesi PT Bina Duta Laksana, dimana pembersihan lahan dilakukan pada areal yang sebelumnya dialokasikan untuk tanaman unggulan setempat.
Menurut Greenomics Indonesia, hampir seluruh hutan alam pada 2,6 juta hektare konsesi APP dan afiliasinya telah dibersihkan.
Sementara hutan alam tersisa sangat kecil dan tidak signifikan untuk diklaim sebagai upaya penyelamatan hutan alam. " Hutan tersisa pun kini penuh dengan konflik lahan, tumpang tindih konsesi, dan tidak bisa diakses untuk dimanfaatkan," kata Elfian.
Hutan Alam APP Terus Merosot
Organisasi nonpemerintah bidang lingkungan, Greenomics Indonesia mengungkapkan hutan alam yang kaya akan karbon di lahan perusahaann Asia Pulp and Paper (APP) terus merosot jumlahnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Martin Sihombing
Editor : Martin Sihombing
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
31 menit yang lalu
Historia Bisnis: Kala Soeharto Setujui Mega Proyek Kota Mandiri Jonggol
1 jam yang lalu
Setelah GJTL, Giliran Saham ABMM Diborong Lo Kheng Hong
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
15 menit yang lalu
Rupiah Tembus Rp16.312 per Dolar AS, Menko Airlangga: Kita Monitor
31 menit yang lalu