Bisnis.com, JAKARTA - Neraca perdagangan pada November 2013 diperkirakan masih akan mengalami surplus meskipun tidak terlalu besar.
Pengamat dari Lembaga Pengkajian, Penelitian, dan Pengembangan Ekonomi (LP3E) Kadin Indonesia Ina Primiana mengatakan kenaikan harga komoditas dan penurunan impor bahan bakar masih akan menjadi faktor utama.
"Diperkirakan masih akan surplus dengan jumlah yang hampir sama dengan Oktober 2013. Dua faktor penopang suprlus tersebut dipengaruhi oleh depresiasi rupiah yang terjadi pada pertengahan November lalu," ujarnya kepada Bisnis, Senin (30/12/2013).
Dia menambahkan depresiasi rupiah membuat eksportir semakin gencar untuk menjual produknya karena bisa mendatangkan pendapatan dalam rupiah yang lebih besar, sehingga bisa mengkompensasi nilai impor migas.
Pada Oktober 2013, neraca perdagangan Indonesia tercatat surplus sebesar US$42,4 juta, merupakan yang ketiga dalam tahun ini setelah pencapaian pada Maret dan Agustus lalu.
Surplus neraca perdagangan Oktober terjadi akibat realisasi ekspor Oktober tercatat US$15,72 miliar atau naik 2,59% dibandingkan dengan periode sama tahun lalu. Adapun, nilai impor Oktober justru turun 8,9% menjadi US$15,67 miliar.
Saat itu, kinerja ekspor Oktober 2013 dipengaruhi oleh penguatan harga beberapa komoditas, seperti harga kopra yang naik menjadi US$663 dari US$654 per ton dan minyak sawit mentah dari US$820 per ton menjadi US$859 per ton.
Sementara itu, kontraksi impor terjadi antara lain akibat penurunan impor bahan bakar premium dari US$1,28 miliar pada Oktober 2012 menjadi US$1,07 mi liar Oktober 2013.