Bisnis.com, JAKARTA - Jasa logistik melalui truk masih merupakan andalan meski mengalami kemacetan parah akibat banjir dan terputusnya akses jalan di jalur Utara Jawa.
Engkos, distributor beras asal Pamanukan, memiliki truk yang biasa mengangkut sekitar 1 ton beras per hari. Namun, selama banjir melanda di jalur Utara Jawa, dirinya hanya mampu mengirim dalam 2 hari hanya sekali.
Warga Desa Sukarja, Sukasari-Pamanukan, ini menceritakan banjir telah memutus jalan-jalan yang biasa ditempuh untuk sampai di Pasar Induk Cipinang, Jakarta Timur. Karena itu, dia memutuskan untuk menerabas rute Selatan, dengan resiko menambah ongkos BBM dan upah pengemudi.
Menurutnya, total biaya tambahan tersebut mencapai Rp200.000 per truk, untuk bertolak dari Pamanukan hingga Jakarta. “Separuhnya untuk uang bensin, separuh lagi untuk jajan supir. Jadi biaya mencapai sekitar Rp600.000.”
Berdasar pengamatan Engkos, baru mulai hari ini, Rabu (22/1/2014), truk-truk pengangkut beras bisa bergerak perlahan. Sehari sebelumnya, kata Engkos, jumlah truk yang masuk pasar sangat sedikit. “Normalnya 100 truk per hari yang masuk [Pasar Induk Cipinang].”
Cuaca buruk dan hujan lebat yang terjadi sepanjang pekan terakhir ini telah menghambat jalur-jalur distribusi barang, terutama setelah banjir menggenang mengakibatkan kerusakan jalan pada beberapa lokasi di Jalur Pantura, antara lain di Jawa Tengah (Pemalang, Kendal, Semarang, Jepara, Kudus, Pati), dan Jawa Barat (Pamanukan, Indramayu, Subang, Karawang, Bekasi).
Kementerian Perhubungan melalui Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono mengaku khawatir dengan ancaman cuaca buruk yang terus berkepanjangan ini. “Tapi yang banyak urusan ya tata niaganya,” terang Bambang kepada Bisnis di sela-sela peninjauan langsung ke Pasar Induk Cipinang, Rabu (22/1/2014).
Menurutnya, sejauh ini kendala logistik masih diurus melalui redistribusi atau dengan manajemen persediaan oleh Kementerian terkait. “Itu ada di tataniaga perdagangan. Mereka melakukan redistribusi lagi,” ujarnya.
Transportasi sebagai penyangga utama logistik, Bambang menyebutkan, kondisi yang paling mengkhawatirkan adalah distribusi antarpulau. “Yang [seringkali] dikeluhkan itu antarpulau, karena memang cuacanya tidak bersahabat. Ada beberapa tempat yang ditahan kapalnya, tergantung keadaan laut dan itu tugas dari Syahbandar,” katanya.
Hingga saat ini, Kemenhub masih berkoordinasi dengan Kementerian Perdagangan terkait kecukupan logistik. “Kami mementingkan keselamatan sembari mencari cara agar distribusi tidak terganggu.”
Walau demikian, Kemenhub masih belum mengeluarkan solusi moda alternatif bagi arus logistik agar bertahan dari goncangan bencana tahunan tersebut. Sebagaimana pengiriman beras untuk wilayah barat Jawa, moda truk adalah tumpuan karena dinilai lebih murah dengan aksesbilitas tinggi.
“Untuk logistik pokok beras, badan logistik nasional sudah punya mekanisme tertentu, yaitu stocking kondisi darurat. Sedangkan untuk kebutuhan transportasi, ya kami menunggu kalau saja ada permintaan moda alternatif seperti kereta api. Kalau dibutuhkan, kami lihat kemampuan untuk mengangkut barang itu, kami bisa saja mobilisasi,” terang Bambang.
Analis Supply Chain Indonesia Setijadi mengatakan dengan kondisi banjir parah yang memutus jalur di utara Jawa, pemerintah dan pihak terkait lainnya sudah harus memutar otak mencarikan moda alternatif pengangkut logistik, terutama jenis pokok.
Kerusakan dan gangguan (seperti banjir) terhadap jalan raya akan menghambat bahkan memutus distribusi komoditas bahan pokok dari beberapa wilayah menuju Jakarta karena hampir semua komoditas bahan pokok tersebut dilakukan dengan truk melalui jalan raya.
“Berbagai pihak perlu mempertimbangkan dan memfasilitasi penggunaan moda alternatif dalam pendistribusian komoditas, yaitu transportasi kereta api dan transportasi laut,” terangnya.
Dia menjelaskan selama ini pemilihan penggunaan truk untuk distribusi komoditas pokok dilakukan karena truk mempunyai tingkat aksesibilitas yang tinggi, yaitu bisa langsung mencapai sentra-sentra produksi hingga ke sentra-sentra perdagangan. Keunggulan truk lainnya adalah fleksibilitas waktu.
Di lain sisi, moda alternatif bagi pengangkutan logistik membutuhkan kematangan rencana dan waktu yang cukup panjang. Setijadi menjelaskan moda alternatif itu termasuk penggunaan kereta api dan kapal laut.
Persoalannya, untuk memaksimalkan peran kereta api bagi pengangkutan komoditas pokok membutuhkan banyak pembenahan. “Peningkatan manajemen pelayanan kereta api untuk pengangkutan barang, termasuk komoditas pokok, terutama mengenai ketepatan waktu dan pengintegrasian dengan moda lainnya [multimoda].”
Sama halnya dengan penggunaan kapal laut. Menurutnya, untuk pengangkutan komoditas pokok melalui jalur laut, membutuhkan pembenahan pelabuhan khusus komoditas pokok dan pengembangan jalur pelayaran short sea shipping, serta pemberian insentif bagi penyedia jasa transportasi yang menggunakan jalur short sea shipping.