Bisnis.com, JAKARTA - Nasib 49 kontainer impor berisi daging beku yang masih terkatung-katung di kawasan lini 1 Pelabuhan Priok semakin tak jelas.
Padahal, kondisi ini berpotensi mempersempit kapasitas lapangan penumpukan di kawasan lini 1 pelabuhan.
Di samping itu, operator terminal peti kemas juga merugi karena hilangnya pendapatan dari biaya storage atau penumpukan.
Ketua Forum Pengusaha Jasa Transportasi dan Kepabeanan (PPJK) Pelabuhan Tanjung Priok M.Qadar Zafar mengatakan pemerintah melalui otoritas pelabuhan dan manejemen terminal peti kemas di pelabuhan Priok, mesti mengeksekusi apakah peti kemas-peti kemas tersebut di pindahkan ke lokasi luar pelabuhan, direekspor atau hendak dimusnahkan.
"Mesti ada action yang cepat, soalnya ini jika dibiarkan berlarut-larut hal ini sudah mengurangi kapasitas tampung di lini 1 pelabuhan. Apalagi peti kemas itu sudah bertahun-tahun menumpuk," ujarnya kepada Bisnis, Senin (24/2/2014).
Dia mengatakan jangan sampai terulang lagi kondisi stagnasi di Pelabuhan Priok menjelang hari Raya Lebaran tahun lalu akibat menumpuknya ratusan kontainer impor tak bertuan di kawasan lini 1 pelabuhan.
Kantor Otoritas Pelabuhan Tanjung Priok mengungkapkan masih ada 49 bok kontainer berisi daging beku tak bertuan dan menumpuk sudah lebih dari dua tahun di sejumlah lapangan terminal peti kemas pelabuhan Priok.
Kepala Kantor Otoritas Pelabuhan Tanjung Priok Sahat Simatupang mengatakan lokasi menumpuknya kontainer impor bermasalah itu saat ini berada di lapangan penumpukan Jakarta International Container Terminal (JICT) sebanyak 21 bok, dan sisanya berada di Mustika Alam Lestari (MAL) dan terminal 3 Pelabuhan Priok.