Bisnis.com, BANDUNG - Gabungan Petani Perkebunan Indonesia (Gapperindo) Jawa Barat meminta pemerintah menggenjot fermentasi kakao di tingkat petani untuk mendongkrak kinerja ekspor komoditas itu.
Ketua Gapperindo Jabar Mulyadi Sukandar mengatakan persoalan yang dihadapi petani kakao selama ini karena mayoritas tidak melakukan fermentasi atas produk yang dihasilkan.
Padahal, fermentasi tersebut merupakan persyaratan utama agar produk kakao bisa diserap banyak di dunia.
"Pemerintah harus memberi perhatian khusus kepada petani, karena fermentasi kakao merupakan salah satu syarat untuk ekspor agar bisa diterima di dunia,” kata Mulyadi kepada Bisnis, Jumat (7/3/2014).
Dia menjelaskan petani enggan melakukan fermentasi karena selisih harganya tipis dengan kakao yang tidak fermentasi.
Menurutnya, jika pemerintah fokus terhadap program fermentasi maka penyerapan kakao di Jabar akan besar.
Kendati demikian, Mulyadi mengaku selama ini pemerintah sudah melakukan penanganan industri hulu kakao dengan baik, namun masih sebatas penyuluhan tanpa tindak lanjut secara berkala.
“Meski wilayah Jabar termasuk kecil dalam memproduksi kakao, jauh dengan wilayah Sulawesi dan Kalimantan. Namun dengan penggenjotan fermentasi pasti akan mendongkrak pendapatan petani,” katanya.
Dia menyebutkan dalam setahun, kakao yang dihasilkan tidak lebih dari 5.000 hingga 10.000 ton.
Selain penggenjotan fermentasi kakao, katanya, pemerintah juga diminta memberikan bibit kakao unggul terhadap petani. Karena selama ini para petani masih menggunakan bibit asal sehingga produktivitas tanaman masih rendah.
"Seharusnya petani menggunakan bibit unggul atau yang sudah tersertifikasi. Untuk harga bibit yang bagus sekitar Rp30.000," katanya.