Bisnis.com, JAKARTA - Perlambatan pasar properti di Indonesia sejak paruh kedua 2013 dinilai akan menghasilan tren pengembangan tertentu di masa mendatang.
Terutama di area Jabodetabek, Anton Sitorus, Head of Research Jones Lang LaSalle mengatakan para pelaku pasar, baik pengembang, investor maupun pembeli optimistis prospek pertumbuhan ke depan masih tetap positif.
Pasca-perhelatan pemilu, lanjutnya, pertumbuhan ekonomi yang diproyeksikan kembali bertumbuh akan meningkatkan aliran investasi kepada sektor properti.
Pada masa itu, Anton menyebutkan pengembangan properti dengan konsep kawasan terpadu (compact mixed-used development) masih akan menjadi tren ke depan.
“Pengembangan jenis ini masih menjadi pilihan utama bagi pembangunan kota metropolitan dan memberikan hasil yang optimal bagi pengembang,” katanya, Rabu (23/4/2014).
Di sektor perkantoran, lanjutnya, pengembangan gedung perkantoran bertingkat rendah (low rise office development) di pinggiran kota juga menjadi pilihan yang prospektif.
Dia mengatakan hal ini dipicu oleh peningkatan kebutuhan ruang perkantoran seiring dengan terbatas lahan di tengah kota.
Apalagi, ungkapnya, banyak perusahaan yang akan mengembangkan usahanya dengan perluasan kantor cabang.
“Selama ini terpusat di CBD dan sekitarnya. Padahal lahan terbatas dan juga menjadi kebutuhan bagi perusahaan-perusahaan tertentu, misalnya ke arah bandara atau pelabuhan,” kata Anton.
Bagi sektor ritel, pengembangan pusat perbelanjaan berskala kecil di sekitar kawasan permukiman akan menjadi pilihan alternatif bagi developer di masa mendatang.
Jenis pengembangan lain yang akan menjadi tren di masa depan adalah pembangunan pusat logistik atau kawasan pergudangan. “Dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang 70% didorong oleh konsumsi nasional, kebutuhan untuk sarana logistik bertumbuh signifikan,” imbuhnya.