Bisnis.com, JAKARTA - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyebutkan ketimpangan ekonomi di Indonesia semakin lebar sejak era Soeharto.
Peneliti Pusat Penelitian Ekonomi LIPI Siwage Dharma Negara menuturkan banyak yang mengkritisi data-data survei sepanjang 1970-1990 yang menunjukkan keberhasilan Indonesia menurunkan angka kemiskinan secara signifikan.
Tingkat kemiskinan di Indonesia, katanya, terlalu rendah bahkan jika dibandingkan dengan negara tetangga, Filipina. Padahal fakta di lapangan kemiskinan dan ketidaksetaraan semakin meluas.
"Pada 2010, Bank Dunia menemukan bahwa 18,1% populasi berada di bawah garis kemiskinan," ujarnya, Jumat (13/6/2014).
Pada masa pemerintahan Soeharto, Badan Pusat Statistik merilis bahwa terjadi penurunan kemiskinan yang tajam, yakni dari 40% pada 1976 menjadi 11,3% pada 1996.
Pasca pemerintahan Soeharto, BPS menyatakan kembali bahwa persentase kemiskinan 1996 berubah dari 11,3% menjadi 17,5%. Bahkan Dunia memperkirakan tingkat kemiskinan pada 2008-2010 lebih tinggi dari perkiraan BPS.
Anna Booth, Peneliti dari School of Oriental and African Studies (SOAS) University of London menuturkan penyebab kemiskinan adalah karena ketimpangan fasilitas. Akibatnya, banyak masyarakat yang miskin karena sakit, kecelakaan dan usia tua.
Dia juga menyebutkan faktor lain penyebab meningkatnya kemiskinan adalah konflik dan kekerasan yang terjadi di berbagai wilayah seperti yang terjadi di Aceh dan Maluku.
Untuk membahas ketimpangan itu, LIPI menggelar seminar ekonomi bertema Poverty and Inequelity in Indonesia since Soeharto pagi ini.