Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonomi China Melemah, PBOC Tak Mau Buru-Buru Pangkas Suku Bunga

People's Bank of China (PBOC) menahan pelonggaran moneter meski pertumbuhan ekonomi China melemah.
Gedung Peoples Bank of China (PBOC) di Beijing, China, pada hari Senin, 12 Agustus 2024./Bloomberg
Gedung Peoples Bank of China (PBOC) di Beijing, China, pada hari Senin, 12 Agustus 2024./Bloomberg
Ringkasan Berita
  • PBOC memilih untuk tidak segera memangkas suku bunga meskipun ekonomi China melemah, dengan fokus pada dukungan terarah dan kebijakan moneter longgar secara moderat.
  • Ekonomi China menghadapi tantangan dari hambatan perdagangan dan lemahnya permintaan domestik, namun tetap memiliki fondasi ekonomi yang kuat dan ketahanan yang solid.
  • PBOC mengisyaratkan penundaan pelonggaran moneter besar-besaran hingga akhir tahun, dengan kemungkinan pemangkasan suku bunga dan rasio cadangan wajib jika risiko perlambatan ekonomi meningkat.

* Ringkasan ini dibantu dengan menggunakan AI

Bisnis.com, JAKARTA - Bank Sentral China, People's Bank of China (PBOC), memilih untuk menahan diri dari pelonggaran moneter agresif meski perekonomian Negeri Panda mencatat kinerja terburuk tahun ini. PBOC berkomitmen untuk tetap fokus pada dukungan terarah.

Dalam laporan kuartalan yang dikutip dari Bloomberg pada Senin (18/8/2025), PBOC menegaskan akan menerapkan kebijakan moneter longgar secara moderat dengan menyeluruh. Hal ini dilakukan dengan memberikan dukungan terarah bagi perekonomian.

Dalam laporannya, PBOC menilai ekonomi China masih menghadapi tantangan berupa hambatan perdagangan yang meningkat dan lemahnya permintaan domestik. Namun, fondasi ekonomi tetap kuat dengan ketahanan yang solid.

Terkait ancaman deflasi yang menghantui lebih dari dua tahun terakhir, PBOC menyoroti perbaikan indeks harga konsumen inti — yang mengecualikan komponen pangan dan energi — dalam beberapa bulan terakhir.

Kebijakan pemerintah yang menindak persaingan harga tidak sehat serta pergeseran strategi untuk mendorong konsumsi juga dipandang akan memberi dampak positif pada inflasi.

Adapun, pernyataan ini muncul setelah data terbaru menunjukkan pelemahan permintaan domestik. Perekonomian China melemah pada Juli 2025 yang dipicu oleh kampanye pengendalian kelebihan kapasitas industri di dalam negeri serta tekanan dari tarif impor yang lebih tinggi.

Selain itu, lemahnya stimulus untuk infrastruktur dan konsumsi juga memperlihatkan rapuhnya permintaan sektor swasta.

Meski demikian, dengan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) 5,3% secara tahunan pada paruh pertama 2025, China dinilai masih dapat menoleransi perlambatan di semester kedua sembari tetap mencapai target resmi pertumbuhan sekitar 5%.

Dengan menyampaikan pandangan lebih optimistis atas inflasi, PBOC dinilai tengah mengisyaratkan penundaan penggunaan instrumen pelonggaran luas seperti pemangkasan suku bunga acuan atau rasio cadangan wajib atau Reserve Requirement Ratio (RRR) hingga akhir tahun.

Sebagai informasi, rasio cadangan wajib adalah ketentuan jumlah dana yang harus disisihkan bank sebagai cadangan. Menurut analis global, termasuk Citigroup Inc., langkah itu kemungkinan baru diambil saat risiko perlambatan ekonomi semakin besar.

“Dalam beberapa bulan ke depan, kebijakan struktural kemungkinan menjadi instrumen yang lebih penting bagi PBOC dibandingkan pemangkasan suku bunga atau GWM secara luas,” tulis ekonom Citigroup termasuk Yu Xiangrong.

Sementara itu, ekonom Goldman Sachs Group Inc. termasuk Chen Xinquan dalam risetnya menambahkan, penekanan PBOC pada implementasi kebijakan yang sudah ada dan pelonggaran terarah menunjukkan keterbatasan minat terhadap stimulus moneter besar-besaran.

Secara umum, ekonom memperkirakan PBOC masih akan memangkas suku bunga sebesar 10–20 basis poin dan menurunkan rasio cadangan wajib sekitar 50 basis poin pada akhir tahun.

Beberapa analis juga memprediksi pemerintah bakal menggulirkan stimulus fiskal tambahan apabila ekonomi melemah, termasuk injeksi kuasi-fiskal senilai 500 miliar yuan (US$70 miliar) seperti diproyeksikan Citi.

Selain itu, PBOC berjanji mencegah dana berputar secara pasif dalam sistem keuangan, mencerminkan kekhawatiran terhadap stabilitas finansial dan arbitrase. Menurut Goldman Sachs, hal ini kembali menegaskan bahwa bank sentral tidak terburu-buru melakukan stimulus besar-besaran.

PBOC juga mengungkap telah membentuk komite makroprudensial dan stabilitas keuangan sejak Januari 2025, sejalan dengan arahan pejabat tinggi untuk memperkuat mandatnya.

Dalam beberapa tahun terakhir, bank sentral memperluas peran dalam menstabilkan pasar properti dan saham, termasuk memfasilitasi pembentukan dana kuasi-stabilisasi untuk pembelian ekuitas awal tahun ini.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro