Bisnis.com, JAKARTA—Target pertumbuhan ekspor mebel yang dipatok asosisasi pada level 20% per tahun dinilai terlalu tinggi oleh pemerintah, terutama karena masih banyak tugas yang belum rampung terkait ketergantungan impor bahan baku di tengah kelimpahan sumber daya alam.
Dirjen Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kementerian Perdagangan Nus Nuzulia Ishak mengatakan tahun ini otoritas perdagangan menargetkan ekspor mebel tumbuh antara 5,5%-6,5% atau setara dengan US$9,4 miliar-US$9,5 miliar.
“Selama 2009-2013, ekspor mebel pertumbuhannya 0,38%. Selama Januari-April tahun ini tumbuhnya hanya 1,24% atau US$626,5 juta dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Oleh karena itu, target tahun ini sekitar 5%-6% dulu. Kalau asosisasi berani mematok sampai 20%, kita akan tagih nanti seperti apa,” ujarnya, Selasa (15/7/2014).
Sementara itu, Dirjen Industri Agro Kementerian Perindustrian Panggah Susanto menambahkan masalah kelangkaan bahan baku masih menjadi momok di balik pertumbuhan industri mebel yang cukup pesat.
“Dari sisi bahan baku, terjadi kelangkaan sampai-sampai kita harus impor dari Brasil, Selandia Baru, dan lain-lain. Dengan adanya pelarangan ekspor pun, bahan baku masih kurang. PR kita masih cukup berat dalam hal penyediaan bahan baku,” jabarnya.
Berdasarkan catatan Asosiasi Mebel dan Kerajinan Indonesia (AMKRI), rerata pertumbuhan industri mebel mencapai 14% per tahun. Pada saat bersamaan, angka impor kayu untuk bahan baku mebel menembus 200.000 ton/tahun, yang mana 30% di antaranya dibeli dari AS.
Untuk itu, Panggah menganjurkan agar Ditjen Perkebunan dari Kementerian Kehutanan dilibatkan ke dalam lingkaran stakeholers industri permebelan. “Harus ada pengaturan soal pola tanam yang dikaitkan dengan bisnis mebel, misalnya untuk kayu pinus, akasia, sengon, dan sebagainya.”
Secara teknis, lanjutnya, Kemenperin siap membantu pencapaian target ekspor mebel melalui anggaran peremajaan peralatan industri senilai Rp400 miliar untuk tahun ini. Sayangnya, anggaran itu belum digunakan secara maksimal.
“Kita ada slot untuk itu. Tahun ini kalau tidak salah sekitar Rp400 miliar. Tahun lalu kami sediakan sekitar Rp150 miliar, tapi baru diserap sekitar Rp70 miliar. Jadi, kalau ada industri yang membutuhkan silakan lapor,” ungkapnya.