Bisnis.com, JAKARTA—Asosiasi Keramik Indonesia (Asaki) menilai kecenderungan kelebihan pasokan di industri keramik saat ini dipengaruhi oleh perlambatan bisnis properti.
Ketua Umum Asaki Elisa Sinaga menyatakan sekitar satu hingga dua tahun silam bisnis properti begitu menggeliat, sehingga mendorong produsen keramik di dalam negeri melakukan ekspansi usaha.
Namun, ketika ruang produksi tambahan siap beroperasi, perekonomian domestik justru melemah. Ketidakstabilan nilai tukar rupiah diiringi masa pemilihan umum membuat konsumen menahan diri untuk membeli maupun menyewa hunian, dan pengerjaan proyek propertipun ada yang tertunda.
“Kondisi itu menyebabkan kelebihan pasokan karena terjadi kompetisi harga antarprodusen. Ada beberapa produsen yang menjual di bawah harga minimum [untuk menghabiskan stok produksi],” ucap Elisa saat dihubungi Bisnis, Selasa (15/7/2014).
Nilai penjualan berpeluang terdongkrak sejalan dengan lonjakan biaya produksi akibat kenaikan harga setrum. Sepanjang tahun lalu penjualan keramik berkisar Rp31 triliun, pada tahun ini diramalkan tumbuh ke level Rp34 triliun – Rp35 triliun.