Bisnis.com, JAKARTA – WWF-Indonesia dan Balai Besar Taman Nasional Teluk Cendrawasih dapat mendata atau merekam keberadaan hiu paus mulai dari ukuran, usia, jumlah, dan pergerakan berenang dengan beberapa metode dan alat-alat canggih.
Cara-cara pemantauan itu a.l pertama pemantauan melalui nelayan bagan. Kedua, pengamatan langsung disebut Tenaga Pemantau Hiu Paus (TPHP). Ketiga, Photo ID yaitu kamera bawah air.
Keempat, pemantauan melalui alat radio bernama Radio Frequency Identification (RFID) dan kelima dengan teknik genetika mikrosatelit (Pop-up Archival Satellite Tag (PSAT) yaitu dengan cara penyuntikkan PSAT langsung ke tubuh hiu paus.
Ciri ikan ini secara kasat mata memiliki bentuk kepala lebar dan gepeng di mulut, garis insang dan sirip punggung di sebelah punggung kiri, pola totol-totol putih dan garis di kulitnya berwarna keabu-abuan. Dengan kondisi permukaan air yang jernih, hiu paus begitu tampak besar. Di perairan Indonesia panjangnya dapat mencapai 7-8 meter.
"Jumlahnya tidak bisa diprediksi. Tetapi kemungkinan bertambah karena ikan ini tidak hanya ada di Teluk Cendrawasih, tetapi juga muncul di sejumlah wilayah perairan Indonesia," kata Marine Species Officer dari World Wildlife Fund (WWF)-Indonesia Casandra Tania, belum lama ini.
Ikan dengan nama latin Rhincodon Typus sering muncul di hampir wilayah perairan Indonesia mulai dari Sabang, Pantai Utara Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Timur, Alor Flores, Kalimantan, Sulawesi, Maluka dan Papua.
Namun, Teluk Cendrawasih merupakan perairan yang beruntung disinggahi ikan yang beratnya dapat mencapai 20 ton ini sepanjang tahun. Sementara di perairan lain seperti Aceh dapat ditemui pad Maret-April, Pangandaran pada Agustus-September, Madura pada September-November, Probolinggo pada Januari-Mei, dan Timor-NTT pada Agustus-November.