Bisnis.com, JAKARTA--Industri galangan kapal nasional dinilai potensial tetapi belum berkembang. Lamanya waktu produksi masih jadi penghambat daya saing.
Produsen kapal lokal butuh setahun untuk membuat satu unit kapal. Padahal galangan di China, misalnya, cuma butuh 5 bulan.
Direktur Komersil Krakatau Posco Chun Sung Lae berpendapat produktivitas galangan kapal RI jauh tertinggal dibandingkan negara maju di Asia,
Korea Selatan misalnya. Serapan pelat baja oleh PT PAL berkisar 10.000 - 15.000 ton per tahun, sedangkan Hyundai Heavy Industry mencapai 1 juta ton.
"Larangan ekspor bijih besi mentah membuat pembagunan tongkang di Batam turun tajam sehingga permintaan plat baja juga anjlok," ucapnya saat dihubungi Bisnis.com, Jumat (19/9/2014).
Total kebutuhan plat baja kapal di Indonesia termasuk industri galangan di Batam berkisar 600.000 ton per tahun.
Secara keseluruhan galangan kapal nasional dinilai belum berkembang masif demikian pula industri pendukungnya.
Produktivitas industri komponen kapal tak bisa digenjot dari bawah melainkan langsung ke sentral. Maksudnya, industri komponen kapal akan bertumbuh manakala sektor induknya, dalam hal ini galangan kapal, berkembang lebih pesat.
Ketua Umum Ikatan Perusahaan Industri Kapal dan Lepas Pantai Indonesia (Iperindo) Eddy Kurniawan Logam menyatakan peningkatan serapan baja lokal oleh pemanufaktur kapal dibutuhkan keterbukaan antara pemanufaktur kapal dan produsen baja ataskebutuhan dan kemampuan masing-masing.
"Anggota kami duduk bersama dengan Krakatau Posco bicarakan harga yang menarik seperti apa dan ukuran yang diperlukan seperti apa serta berapa kebutuhannya per bulan agar Krakatau bisa penuhi kebutuhan itu," ujar Eddy.
Industri galangan di Tanah Air bisa memproduksi sekitar 900.000 ton kapal per tahun. Kapasitas terpasang untuk repair sepanjang tahun 12 juta ton. Rerata utilisasi pabrik sekitar 70%.
Iperindo mengaku telah menyampaikan kepada Krakatau Posco soal tren kebutuhan dan harga bahan baku perkapalan. Jika perseroan mematok di level lebih tinggi tentu sulit menguasai pasar karena galangan akan mencari yang lebih murah.
"Kalau mereka [produsen baja] tidak bisa memberikan equilibrium harga, otomatis pengusaha kapal cari yang murah karena mereka harus jual kapal dengan harga bersaing," kata Eddy.