Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PETROKIMIA: Bahan Baku Seret, Utilisasi Industri Antara Cuma 60%

Utilisasi kapasitas produksi industri antara petrokimia sepanjang tahun ini diperkirakan hanya 60% karena suplai bahan baku tersendat.

Bisnis.com, JAKARTA--Pemanfaatan kapasitas produksi di industri antara petrokimia sepanjang tahun ini diperkirakan hanya 60% karena suplai bahan baku tersendat.

Sampai triwulan ketiga tahun ini produksi sektor antara tertahan karena kilang penghasil polipropilena milik PT Polytama Propindo belum beroperasi lagi. Sejalan dengan ini volume impor bahan baku akan meningkat sedikitnya 15%.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Aromatik, Olefin, dan Plastik (INAplas) Fajar A.D. Budiyono mengatakan kebutuhan polipropilena sekitar 1,4 juta ton pada tahun ini, tetapi suplai domestik hanya 525.000 ton sehingga sisanya dari impor.

Pasokan polietilena (PE) mengalami kondisi yang tak berbeda dari polipropilena (PP). Kebutuhan PE 1,2 juta ton pada tahun ini diperkirakan hanya bisa dipenuhi dari domestik sekitar 700.000 ton.

Produksi polistirena dinilai lebih baik ketimbang PE dan PP. Suplai dari dalam negeri dan impor diperkirakan berimbah masing-masing 50% dari kebutuhan domestik.

Untuk polietilena terephalate suplainya bertambah karena ada produsen yang baru mulai produksi, seperti Polypet KaryaPersada, sehingga harus bersaing dengan impor.

"PE dari Titan produksi cuma berjalan 70% dari kapasitas, Chandra Asri Petrochemical sekitar 80%. PE lebih bagus [daripada PP] tetapi harganya tidak bagus karena persaingan ke Timur Tengah ketat," ucap Fajar, Jumat (24/10/2014).

Bijih plastik atau polipropilena dan polietilena adalah bahan baku plastik kemasan. PP dan PE dihasilkan dari pengolahan propilena dan etilena. Adapun etilena dan propilena merupakan produk turunan nafta yang dihasilkan dari pengolahan minyak mentah.

Dengan utilisasi pabrik sekitar 60% maka impor bijih plastik diperkirakan bakal melonjak 15% pada tahun ini. Dengan tidak beroperasinya kilang Polytama maka impor PP pada tahun lalu yang hanya 775.000 ton diperkirakan naik menjadi 900.000 ton pada tahun ini. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dini Hariyanti
Editor :
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper