Bisnis.com, JAKARTA- Inisiatif pemerintah dalam meningkatkan riset tanaman obat nusantara dinanti guna memperkaya jajaran produk fitofarmaka.
Direktur Eksekutif Gabungan Perusahaan Farmasi (GP Farmasi) Dorodjatun Sanusi mengatakan keanekaragaman hayati nusantara lebih dari 1.000 jenis yang memiliki khasiat terbengkalai akibat minimnya upaya pemerintah dalam melakukan saintifikasi jamu.
"Kalau produk fitofarmaka semakin banyak, konsumen yang memiliki keinginan menggunakan obat herbal juga terlayani. Hingga sekarang pertumbuhan kinerja dari sektor ini memang tidak bertambah," tuturnya saat dihubungi Bisnis, Kamis (11/12).
Fitofarmaka adalah obat tradisional dari bahan alam yang dapat disetarakan obat modern karena proses pembuatannya yang telah terstandar, ditunjang dengan bukti ilmiah sampai uji klinik pada manusia, protokoler uji, memenuhi prinsip etika dan tempat produksi yang memenuhi syarat.
Minimnya pengembangan fitofarmaka juga ditenggarai oleh proses penilain obat tradisional menuju saintifikasi menggunakan standar yang tinggi, sama seperti pendekatan untuk obat modern. Menurutnya, pendekatan yang dilakukan untuk obat modern akan mengalami banyak kesulitan jika dilakukan pada fitofarmaka.
Fitofarmaka yang sudah terdaftar dan diresepkan oleh dokter a.l reumaneer (pengobatan nyeri sendi ringan sampai sedang), stimuno (immunomodulator dan sebagai terapi ajuvan dalam pengobatan tuberkulosa), xgra (disfungsi ereksi dengan atau tanpa ejakulasi dini, tensigard agromed (menurunkan tekanan darah sislotik) dan livitens (obat jantung).
"Ini masalah antarsektoral, mulai dari Kementerian Kesehatan, Kementerian Pertanian dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Selain itu BUMN farmasi juga punya andil dalam pengembangan fitofarmaka, seharusnya bisa menyisakan untuk biaya pengembangan," tambahnya. (Bisnis.com)
Pemerintah Diharapkan Dukung Pertumbuhan Industri Produk Fitofarmaka
Inisiatif pemerintah dalam meningkatkan riset tanaman obat nusantara dinanti guna memperkaya jajaran produk fitofarmaka.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
52 menit yang lalu