Bisnis.com, JAKARTA - Produsen penyamakan kulit mengeluhkan seretnya pasokan bahan baku kulit mentah sehingga utilisasi pabrik hanya pada level 30%-40%.
Ketua Asosiasi Penyamakan Kulit Indonesia (APKI) Sutanto Haryono mengatakan proses impor bahan baku berupa kulit mentah terhambat masalah kesehatan. Produk ini dinilai berpotensi menyebarkan penyakit mulut dan kuku.
"Kami juga kekurangan bahan baku karena impor daging sapi tetapi kulitnya tidak masuk ke Indonesia," tuturnya, di Jakarta, Jumat (30/1/2015).
Total kapasitas pabrik penyamakan kulit di dalam negeri setara 20 juta ekor sapi. Kebutuhan 5 juta kulit mentah dipasok dari sapi lokal, sedangkan sisanya harus dipenuhi dari luar negeri. Namun, dari kebutuhan impor 15 juta sapi juga cuma bisa terpenuhi 20%-30%.
Impor kulit mentah saat ini hanya diizinkan dari beberapa negara, seperti Amerika Serikat, Australia, dan Selandia Baru. Anggapan bahwa kulit sapi mentah sebagai sumber penyakit mulut dan kuku menjadi hambatan besar dalam izin impornya.
"Karena bahan baku kurang, harga barangnya naik [di dalam negeri]. Kesulitan bahan baku ini terjadi sejak 1998," ujar Sutanto.
Ekspor industri penyamakan kulit baru di level US$200 juta. Namun, lebih banyak kulit mentah yang dipasok ke industri pengolahan domestik khususnya industri alas kaki.
Untuk kulit dari satu ekor sapi bisa dimanfaatkan untuk bahan 20-30 pasang sepatu. Adapun suplai dari penyamakan kulit lokal baru memenuhi 20% kebutuhan industri persepatuan, selebihnya tetap harus impor.
Bahan Baku Sulit, Utilisasi Industri Penyamakan Kulit Cuma 40%
Produsen penyamakan kulit mengeluhkan seretnya pasokan bahan baku kulit mentah sehingga utilisasi pabrik hanya di level 30% - 40%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Dini Hariyanti
Editor : Yusuf Waluyo Jati
Konten Premium