Bisnis.com, DENPASAR - Harga kopi Bali yang selama ini menjadi mata dagangan ekspor tetap bertahan di tingkat petani, baik di Kabupaten Jembrana, Buleleng, maupun di Kabupaten Bangli.
Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Bali I Dewa Made Buana Duwuran di Denpasar, Senin (23/3/2015), mengatakan bahwa harga hasil perkebunan rakyat di daerah ini cukup stabil di awal 2015.
"Harga kopi jenis arabika dan robusta tidak terpengaruh terhadap gejolak dolar maupun situasi politik," kata I Dewa Made Buana Duwuran.
Petani Bali, kata dia, harus tetap berbangga karena kopi jenis arabika yang tumbuh di kawasan wisata Kintamani memiliki sejumlah keunggulan, apalagi telah mendapatkan sertifikat Indikasi Geografis (IG) pada tahun 2014.
Dengan masuknya kopi arabika Kintamani sebagai komoditas unggulan nasional, menurut dia, berdampak pada prospek pengembangan komoditas tersebut pada masa mendatang, bahkan saat ini sudah menjadi mata dagangan ekspor ke Jepang dan Eropa.
Kopi arabika kintamani yang berada di daerah berhawa sejuk itu, diharapkan akan makin membuat para petani bergairah dalam memperluas areal tanamnya dan makin laku di pasaran mancanegara.
Dewa Made Buana menilai harga hasil perkebunan di Bali relatif cukup stabil belakangan ini sehingga membantu petani dalam meningkatkan pendapatannya.
Adapun harga hasil perkebunan rakyat daerah ini hingga 18 Maret 2015 tercatat untuk kopi arabika jenis OSE WP Rp51.000 per kilogram, OSE DP Rp23.000/kg, kopi robusta Rp31.500,00/kg, kakao biji fermentasi Rp34.400,00/kg, dan biji nonfermentasi Rp31.400,00/kg.
Jambu mete biji gelondong biasa Rp12.000/kg, biji gelondong organik Rp14.000/kg, cengkih bunga kering Rp130.000 per kilogram, gagang kering Rp20.000/kg, vanili polong basah Rp20.000/kg, dan tembakau Rp50.000/kg. []