Bisnis.com, JAKARTA—Industri petrokimia dihujani investasi bernilai US$1,28 miliar sampai dengan 2018 berupa kapital segar maupun ekspansi bisnis guna mengurangi ketergatungan impor.
Direktur Industri Kimia Dasar Kementerian Perindustrian Muhammad Khayam menyebutkan penanaman modal tersebut berasal dari empat perusahaan. Mereka adalah PT Chandra Asri Petrochemical, PT Syntetic Rubber Indonesi, PT Asahimas Chemical, dan PT BP Petrochemical.
“Investasi mereka bersifat jangka pendek yakni diperkirakan beroperasi pada 2017 atau 2018,” katanya saat ditemui Bisnis.com di Kantor Kemenperin, Jakarta.
Investasi terbesar dikucurkan PT Asahimas Chemical senilai US$400 juta. Perusahaan lainnya ialah PT Chandra Asri Petrochemical Rp380 juta, PT Syntetic Rubber Indonesia US$350 juta, dan PT BP Petrochemical sekitar US$150 juta.
Di antara empat perseroan tersebut hanya kucuran kapital dari Syntetic Rubber yang merupakan investasi baru. Adapun Chandra Asri, BP Petrochemical, maupun Asahimas seluruhnya berupa perluasan bisnis yang ada.
Investasi yang dilakukan Syntetic Rubber Indonesia (SRI) bekerja sama dengan perusahaan ban asal Perancis, Michelin. Perseroan membangun pabrik yang memroduksi karet sintetis atau styrene butadiene rubber berkapasitas 80.000 ton per tahun.
Selain itu juga diproduksi poly butadiene rubber sebanyak 40.000 ton per tahun. Proses pembangunan pabrik SRI diperkirakan mulai beroperasi pada tahun depan. “Jangka panjang SRI didorong agar mau membuat ban pesawat di Indonesia, untuk pesawat komersil dan militer,” ujar Khayam.
Beralih kepada investor dengan kapital terbesar, Asahimas Chemical di Cilegon, Banten. Perusahaan asal Jepang ini akan memproduksi polyvinyl chloride (PVC) dan soda kaustik masing-masing sebanyak 350.000 ton dan 200.000 ton per tahun.
Khayam berpendapat permintaan soda kaustik akan meningkat sejalan dengan bertambahnya pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) hasil tambang. “Impor PVC tidak besar jadi kita bisa memenuhi kebutuhan yang ada,” ujar Khayam.
Perluasan bisnis yang dilakukan Asahimas bertujuan memenuhi kebutuhan produk klor alkali seperti Caustic Soda dan Vinyl Chloride di Asia Tenggara. Pengoperasian tambahan ruang produksi PVC dan soda kaustik diperkirakan memakan waktu 2 tahun.
Asahimas Chemical (ASC) adalah anak usaha Asahi Glass Company (AGC). Perusahaan Jepang ini salah satu produsen terbesar produk klor alkali di Asia Tenggara yang memroduksi secara terintegrasi dari soda kaustik sampai vinyl chloride.
Melalui tambahan kapasitas produksi PVC dan soda kaustik maka total ruang produksi ASC untuk soda kaustik dari 500.000 ton menjadi 700.000 ton per tahun, vinyl chloride monomer (VCM) dari 400.000 ton ke 800.000 ton per tahun, serta PVC dari 300.000 ton jadi 550.000 ton per tahun.
Pada sisi lain ada Chandra Asri yang menggelontorkan US$380 juta untuk meningkatkan kapasitas produksi nafta cracker. Perseroan hendak menambah kapasitas produksi etilena dari 600.000 ton jadi 860.000 ton per tahun, propilena menjadi 470.000 ton dari 320.000 ton, mixed C4 jadi 315.000 ton dari 220.000 ton, serta py-gas dari 280.000 ton jadi 400.000 ton per tahun.
Adapun investasi dari BP Petrochemical berupa perluasan kapasitas produksi sebanyak 400.000 ton per tahun untuk purified terephthalic acid. Selain SRI, ASC, CAP, dan BP, ada PT Polichem yang juga memperluas ruang produksinya untuk mono ethylene glycol sebesar 480.000 ton per tahun.
Mayoritas investasi yang masuk ke industri petrokimia merupakan ekspansi bisnis. “Investasi kita baru tumbuh mulai 2010 dan undang investor susah bukan main, jadi kita perluas saja yang sudah eksis,” kata Khayam.
Kapasitas Produksi Petrokimia (Olefin) | ||
Produk | Perusahaan | Kapasitas (ton) |
Ethylene | PT Chandra Asri Petrochemical | 600.000 |
Propylene | PT Chandra Asri Petrochemical | 480.000 |
| PT Pertamina (Persero) | 405.000 |
Butadiene | PT Petrokimia Butadiene | 100.000 |
Sumber: Kemenperin |