Bisnis.com, JAKARTA—Perajin tenun dari kalangan industri kecil dan menengah masih lebih meminati alat tenun tradisional seperti gedogan dan alat tenun bukan mesin ketimbang alat tenun mesin.
Direktoran Jenderal Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kementerian Perindustrian Euis Saedah mengatakan sejak dimulainya restrukturisasi mesin pada 2010, kebanyakan pelaku IKM masih mempertimbangkan ciri khas tradisional yang didapat dari alat mesin manual.
“Lebih kelihatan tradisionalnya. Gedogan itu yang duduk di bawah alat, kalau ATBM [alat tenun bukan mesin] sudah ada mekanisasi, artinya geraknya sudah dibantu alat, tapi tidak pakai listrik,” ujarnya pada Bisnis baru-baru ini.
Dia mengatakan yang kerap menggunakan alat tenun mesin (ATM) biasanya industri yang sudah semi pabrik. Umumnya banyak ditemui di daerah Klaten, Pekalongan dan Jepara.
“Kalau ATM bisa meniru hampir [motif songket] apa saja. Itu fenomena yang tidak bisa dilarang,” katanya.
Lebih lanjut Euis menjelaskan bahwa selain ATBM, mesin yang banyak diminta perajin dalam restrukturisasi mesin adalah mesin bordir, yang umumnya diimpor dari China.