Bisnis.com, JAKARTA -- Walaupun daya beli masyarakat menurun, developer di Jakarta masih menahan harga properti untuk tidak melandai.
Ketua Umum DPD REI Jakarta Amran Nukman menyampaikan di Jakarta belum ada tanah yang harganya turun, tidak seperti di Jawa Timur yang mengalami koreksi 10%.
Melambatnya pasar juga tidak berpengaruh terhadap koreksi harga properti di Ibu Kota Negara, karena modal untuk pengembangan semakin tinggi. Misalnya saja harga tanah dan bahan bangunan yang terus menanjak.
“Jakarta belum ada lahan yang turun harganya. Melambatnya pasar juga tidak berpengaruh terhadap koreksi harga karena harga sudah cukup tinggi. Jadi developer tidak akan banting harga, karena harga modalnya sudah cukup tinggi. Beli tanah sekarang dimana yang murah. Sudah tidak bisa lagi turunkan harga,” ujarnya saat dihubungi Bisnis.com, Selasa (2/6/2015).
Amran pun berpendapat melemahnya daya beli tejadi akibat tingginya suku bunga dan kenaikan harga kebutuhan pokok. “Penyebab pasar melambat karena suku bunga masih tinggi dan daya beli masyarakat tergerus oleh kenaikan BMM. Kebutuhan hidup sehari-hari untuk ongkos transportasi, makan, itu kan naik. Jadi uang yang dimiliki masyarakat itu lebih dipakai untuk kebutuhan yang sangat primer tersebut, sehingga membeli rumah ditunda dulu,” terangnya.
Terkait penurunan LTV, lanjutnya, bisa menaikkan penjualan 10%-15%. Dalam setahun biasanya intensitas pertumbuhan properti mencapai 40%-50%.