Bisnis.com, JAKARTA -- Harga lahan di Jakarta relatif naik 10%-15% pada awal 2015, meskipun pasar properti sedang melambat.
Chief Operating Officer RE/MAX Indonesia F. Suherman menyampaikan harga tanah Jabodetabek pada awal 2015 relatif naik 10%-15%. Sedangkan pada area ramai investasi seperti Jakarta Garden City, Pondok Indah, dan Gading Serpong, harga bisa naik diatas 15%.
Harga rumah sekunder di Jakarta juga cenderung stagnan. Artinya, karena pembeli tidak ada dan penjual tidak mau menurunkan harga, maka transaksi tidak terjadi.
“Misalnya harga tahun lalu Rp1 miliar, tahun ini idealnya naik menjadi Rp1,1 miliar. Itu tidak terjadi, tapi diam. Jadi koreksi di Jakarta ialah tidak turun, tetapi diam,” terangnya pada Bisnis.com, Selasa (2/6/2015).
Suherman menilai pada semester II/2015 pasar properti akan bergairah, sehingga menutupi kelesuan pada enam bulan pertama. Faktor yang memengaruhi antara lain menurunnya besaran LTV, pajak sangat mewah yang sudah ditetapkan sebesar Rp5 miliar, dan rencana kepemilikan properti oleh asing.
Dia pun berpendapat penurunan harga lahan maupun harga properti di Jawa Timur sebesar 10% bukanlah gejala nasional, karena setiap daerah memiliki model koreksi masing-masing.
“Kalau pasar di suatu daerah tidak kuat, maka harga terkoreksi. Tetapi di Jakarta tidak terjadi gejala seperti itu,” ujarnya.
Menurutnya pertumbuhan harga tanah di Jabodetabek masih belum terkoreksi. Pasalnya, periode pasar melambat menjadi momen developer untuk berbelanja, termasuk lahan, dan bersiap untuk pemulihan permintaan ke depannya.