Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rantai Distribusi Kebutuhan Pokok Terlalu Panjang

Kementerian Perdagangan masih akan terus mempelajari penyebab kenaikan harga komoditas bahan pangan, termasuk salah satunya adalah terlalu panjangnya rantai distribusi pada masing-masing komoditas.
Kebutuhan pokok di pasar tradisional./Ilustrasi-Bisnis
Kebutuhan pokok di pasar tradisional./Ilustrasi-Bisnis
Bisnis.com, JAKARTA--Kementerian Perdagangan masih akan terus mempelajari penyebab kenaikan harga komoditas bahan pangan, termasuk salah satunya adalah terlalu panjangnya rantai distribusi pada masing-masing komoditas.
 
Menteri Perdagangan Rachmat Gobel mengatakan, masalah distribusi ditengarai menjadi salah satu faktor penyebab kenaikan harga komoditas bahan pangan. Menurutnya, seharusnya masih ada beban biaya yang bisa dikurangi untuk membuat harga lebih terjangkau.
 
Dari produsen sampai ke konsumen itu lewat rantai yang terlalu panjang. Ke depan, ini harus kita benahi supaya bisa mengurangi cost yang sebenarnya tidak diperlukan, kata Rachmat Gobel.
 
Menurut Rachmat, masalah rantai distribusi tersebut menjadi salah satu tema penting untuk didalami. Jika rantai distribusi terlalu panjang, dikhawatirkan akan mendongkrak harga jual. Di sisi lain, jika harga sudah terlalu mahal, maka impor akan sulit dihindari. Kami sedang membahas Peraturan Menterinya. Kita harus pelajari, mana yang harus kita potong.
 
Langkah tersebut menurutnya harus dilakukan, terutama karena saat ini Kementerian Perdagangan sedang menyusun Peraturan Menteri Perdagangan yang menjadi turunan dari Perpres No. 71 Tahun 2015 tentang Penetapan dan Penyimpanan Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting.
 
Sementara itu, lanjut Rachmat, produsen juga nantinya diharuskan mengontrol harga hingga sampai di tangan konsumen. Kondisi saat ini, para produsen hanya menjual ke distributor tanpa mengetahui harga finalnya di tingkat konsumen.
 
Pemilik barang harus bertanggung jawab masalah harga sampai ke konsumen. Ini memang harus dibenahi ke depan sistemnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Muhammad Avisena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper