Bisnis.com, BANDUNG - Meski neraca perdagangan pada semester I/2015 menunjukkan kondisi surplus, pihak pemerintah, pengusaha, dan stakeholder lainnya dituntut untuk melakukan perluasan pasar internasional di tengah rentannya kondisi ekonomi global.
Kepala Bidang Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat Dody Gunawan Yusuf mengatakan sebagaimana nasional, pangsa pasar ekspor Jabar pun masih bertumpu hanya ke beberapa negara tertentu, terutama Amerika Serikat dan Jepang.
“Yang terbesar [ekspor] itu masih ke AS, Jepang, dan Thailand, sebagai pangsa pasar utama. Dengan kondisi begitu, kita jadi berharap-harap pangsa pasar utama negara kita jangan sampai kolaps,” katanya, Kamis (23/7/2015).
Pangsa pasar terbesar ekspor nonmigas Jabar—yang paling dominan dibanding migas—pada semester I/2015 yaitu AS dengan nilai sebesar US$2,46 miliar atau berkontribusi 19,54%, Jepang sebesar US$1,37 miliar dengan kontribusi 10,88%, dan Thailand US$810 juta dengan kontribusi 6,42%.
Dia menekankan perlunya untuk memperluas pasar internasional di tengah gejolak ekonomi global yang masih tidak menentu supaya eksportir dalam negeri tidak kerepotan apabila terjadi krisis di negara pangsa pasar utama.
“Kita lihat Yunani, dampaknya tidak terlalu terasa karena pangsa pasarnya kecil. Tetapi kalau krisis terjadi di Tiongkok, Jepang, atau Korea Selatan, itu bikin repot. Karena bicara surplus [perdagangan], berarti sumber devisa juga,” tuturnya.
Berdasarkan paparan BPS Jabar minggu lalu, neraca perdagangan Jabar pada semester I/2015 menunjukkan surplus US$6,88 miliar, di mana nilai ekspor mencapai US$12,95 miliar, sedangkan impor US$6,07 miliar.
Secara kumulatif perhitungan Januari-Juni 2015, nilai ekspor Jabar turun 4,56% dibandingkan periode yang sama tahun lalu dari US$13,57 miliar menjadi US$12,95 miliar. Hal itu pula, menurut Dody, jadi latar belakang perluasan pasar perlu dilakukan.