Bisnis.com, DENPASAR - Pergeseran fungsi lahan pesisir di Bali dari pertanian menjadi kawasan wisata menyebabkan luasan lahan garam di Bali hingga saat ini hanya tersisa 116 ha.
Menurut Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Bali I Made Gunaja, kabupaten yang masih memiliki lahan garam terluas adalah Kabupaten Buleleng dengan luasan mencapai 100 ha. Sementara daerah lain seperti Denpasar, Tabanan, Jembrana, Karangasem, dan Bangli luasannya kurang dari 10 ha.
"Lahan terus menyusut, keluhan seperti di Karangasem itu karena lahan terus berkurang. Saingan usaha di pesisir adalah pariwisata yang lebih menjanjikan pendapatan," ujarnya kepada Bisnis.com, Selasa (20/10/2015).
Gunaja menuturkan dampak dari penyusutan tersebut membuat upaya meningkatkan produksi garam menjadi susah. Sejak 2012-2014, produksi garam di Bali sekitar 7.817 ton.
Dia mengungkapkan praktis hanya Buleleng dan Karangasem yang saat ini mendapatkan perhatian dari pemerintah pusat dalam bentuk program pemberdayaan usaha garam rakyat (Pugar). Daerah lain di Bali tidak bisa mendapatkan perhatian serupa karena minimnya lahan produksi.
Sebetulnya sejumlah lokasi seperti Amed, Karangasem memiliki produksi garam yang khas dan berpotensi meningkatkan daya tarik wisata. Sayangnya, potensi seperti itu kalah, karena pemilik lahan sekitar tambak garam memilih membangun akomodasi wisata karena tawaran penghasilan.