Bisnis.com, JAKARTA--Sekitar 70% perusahaan batu bara saat ini diperkirakan sudah menderita kerugian akibat harga yang terus turun sejak 2011.
Deputi Direktur Eksekuif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia mengatakan berdasarkan kajian yang dilakukan pihaknya bekerjasama dengan Indonesian Mining Institute (IMI), harga batu bara sekarang ini sudah tidak rasional lagi bagi sebagian besar perusahaan.
"Pada rentang harga 55-65 [US$ per ton], sekitar 58% sampai 72% perusahaan marginnya negatif," katanya kepada Bisnis, Selasa (27/10/2015).
Seperti diketahui, harga batu bara acuan (HBA) periode Oktober 2015 berada di level US$57,39 per ton. Nilai tersebut merupakan yang terendah sejak pemerintah menetapkan HBA setiap bulan mulai Januari 2009.
Adapun sejak awal tahun ini, HBA telah anjlok hingga 7,26% dari US$64,65 pada Desember 2014. Sementara jika dibandingkan dengan titik tertinggi HBA pada Februari 2011 senilai US$127,05 per ton, harga telah anjlok hingga 54,83%.
Hendra juga mengungkapkan hal serupa sebenarnya tidak terjadi di Indonesia saja. Menurut data dari China National Coal Association beberapa waktu lalu, sekitar 80% perusahaan batu bara di salah satu negara produsen sekaligus importir utama emas hitam itu sudah mengalami margin negatif.
Meskipun begitu, Hendra menilai sisa perusahaan yang masih membukukan keuntungan pun tidak bisa serta merta dianggap kebal dari anjloknya harga. "Yang positif pun saat ini marginnya kian tergerus," tuturnya.