Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekspor Batu Bara RI Turun jadi 160 Juta Ton, ESDM Bantah Gegara HBA

Ekspor batu bara Indonesia turun menjadi 160 juta ton sepanjang periode Januari-April 2025.
Truk membawa batu bara di tambang milik PT Bukit Asam Tbk (PTBA)  di Tanjung Enim, Kabupaten Muara Enim , Sumatra Selatan, Rabu (18/10/2023)./JIBI/Bisnis/Abdurachman
Truk membawa batu bara di tambang milik PT Bukit Asam Tbk (PTBA) di Tanjung Enim, Kabupaten Muara Enim , Sumatra Selatan, Rabu (18/10/2023)./JIBI/Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA — Ekspor batu bara Indonesia turun menjadi 160 juta ton sepanjang periode Januari-April 2025. Angka ini susut 6,43% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 171 juta ton. 

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menilai terkoreksinya ekspor batu bara tersebut tak lepas dari ketegangan geopolitik yang membuat permintaan dari pasar ekspor utama, China dan India, melemah. 

"Karena masalah perang dagang saja sebenarnya sehingga mesin produksinya di China dan di India itu sedang berhenti lah sekarang ini," ucap Direktur Pembinaan Pengusahaan Batubara Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara (Ditjen Minerba) Kementerian ESDM Surya Herjuna dalam acara FGD 'Batu Bara dan Kedaulatan Energi Nasional' di Jakarta, Rabu (28/5/2025).

Belakangan ekspor batu bara RI memang merosot. Terlebih ekspor ke China. Beberapa pihak menyebut penurunan volume ekspor itu terjadi lantaran pemerintah mewajibkan transaksi ekspor dengan merujuk harga batu bara acuan (HBA).

Produsen China disebut urung membeli batu bara dari Indonesia lantaran HBA dinilai lebih tinggi dibanding harga pasar global.

Kendati demikian, Surya membantah turunnya ekspor gara-gara kebijakan HBA. Dia bersikukuh turunnya ekspor karena pelemahan permintaan.

Bahkan, dia menyebut permintaan batu bara untuk pasar domestik atau domestic market obligation (DMO) juga turun. Surya memerinci, penjualan untuk DMO pada kuartal I/2025 mencapai 12 juta ton. Angka tersebut turun dibanding periode yang sama tahun lalu, yakni 16 juta ton.

"Menurut saya, kalau bicara HBA juga enggak pas sebenarnya karena toh nyatanya DMO-nya juga turun," kata Surya. 

Sebelumnya, Bea Cukai China mencatat impor batu bara Indonesia ke Negeri Tirai Bambu mencapai 14,28 juta ton pada April 2025. Jumlah impor itu anjlok 20% dibanding periode yang sama tahun lalu. 

Melansir Reuters, penurunan impor emas hitam dari RI itu turun lantaran China menolak HBA yang terlalu tinggi. Di sisi lain, harga batu bara domestik China tengah jatuh ke level terendah dalam 4 tahun terakhir. 

Kewajiban penggunaan HBA sebagai dasar penjualan batu bara di pasar global berlaku mulai 1 Maret 2025. Aturan itu tertuang Keputusan Menteri (Kepmen) Menteri ESDM Nomor 72.K/MB.01/MEM.B/2025 tentang Pedoman Penetapan Harga Patokan untuk Penjualan Komoditas Mineral Logam dan Batu Bara, yang ditandatangani Menteri ESDM Bahlil Lahadilia pada 24 Februari 2025. 

Aturan ini merupakan upaya pemerintah untuk menjaga stabilitas harga penjualan komoditas mineral logam dan batu bara di pasar global maupun dalam negeri.

Bahlil menginginkan agar eksportir batu bara menggunakan HBA sebagai acuan transaksi ekspor. Hal ini lantaran penjualan ekspor batu bara Indonesia masih menggunakan harga acuan yang disepakati dengan pembeli dari negara lain. 

Menurut Bahlil, hal ini cukup merugikan. Sebab, terkadang batu bara Indonesia dihargai lebih murah dibandingkan negara lain. 

"Nah, kita ini kan harus punya ide independensi, harus punya nasionalisme. Jangan harga batu bara kita ditentukan oleh orang lain harganya rendah. Aku enggak mau itu," kata Bahlil di Kantor Kementerian ESDM, Rabu (26/2/2025) lalu.

Oleh karena itu, dia pun menilai menjadikan HBA sebagai acuan ekspor merupakan keniscayaan. Dengan begitu, harga jual batu bara Indonesia di pasar internasional lebih menguntungkan. 

"Jadi kita sekarang membuat HBA adalah agar harga kita juga mempunyai harga yang baik di pasar global," tuturnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper