Bisnis.com, JAKARTA--Setelah empat hari membahas detail dan teknis penyelenggaran Konferensi Tingkat Tinggi, Komite Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) 2015 mulai menyoroti aspek-aspek substansial yang dinilai menjadi penekan laju pertumbuhan ekonomi.
Pada tahun depan, APEC memperkirakan 21 negara yang memiliki garis pantai di Samudera Pasifik rata-rata akan tumbuh 3,4%, menanjak 0,2% dari estimasi tahun ini 3,2%.
Adapun pada empat tahun berikutnya hingga 2020, tren produk domestik bruto APEC diperkirakan tidak akan beranjak jauh. Pada 2017-2020, regional APEC secara berturut-turut bakal melaju masing-masing 3,5%, 3,5%, 3,4% dan 3,3%.
Dierektur Departemen Kebijakan Komite APEC Denis Hew mengungkapkan ketidakpastian di pasar keuangan masih membayangi aktivitas ekonomi untuk tahun depan, yang disebabkan oleh dua hal yang sejatinya sudah terjadi pada 2014.
Kedua hal itu, lanjutnya, adalah spekulasi mengenai normalisasi moneter Amerika Serikat masih bergulir dan pelemahan ekonomi China.
Namun, dia mengatakan preseden tersebut perlahan-lahan akan mereda. "Sepanjang the Fed melakukan [penaikan fed fund rate] secara gradual dan dapat diprediksi, arus modal keluar dari negara berkembang ke AS juga tidak terlalu deras," ujarnya di Manila, Senin (16/11/2015).
Selain itu, dia mengatakan besaran kenaikan tingkat bunga AS akan sangat berpengaruh terhadap capital outflow tersebut.
Faktor kedua, jelas Denis, jelas akan mempengaruhi pertumbuhan kawasan karena Negeri Panda merupakan eksportir terbesar intra-APEC dengan pangsa 34%, beriringan dengan Paman Sam yang menjadi importir intra raksasa dengan porsi 35%.
"Tentu saja, implikasi dari pergeseran orientasi perekonomian China menjadi lebih mengandalkan konsumsi domestik perlu dicemarti untuk tahun-tahun berikutnya," kata Denis.