Bisnis.com, MANILA--Presiden Amerika Serikat Barack Obama menekankan pengelolaan perubahan iklim dan bisnis bisa seiring sejalan. Bahkan, fenomena perubahan iklim bisa dilihat sebagai peluang bisnis raksasa baru setelah teknologi informasi.
Berbicara dalam sesi CEO Summit Dialogue Asia-Pacific Economic Cooperation, Rabu (18/11/2015), Obama menyampaikan pelaku bisnis di seluruh dunia harus menjadi garda depan dalam melakukan konservasi lingkungan dalam konteks perubahan iklim.
Pasalnya, pengelolaan perubahan iklim yang tidak tepat dan terlambat bisa membuat guncangan terhadap perekonomian global. "Sekarang saat kita bertindak. Kalau kita terlambat, bencana ekonomi akan terjadi," katanya di Manila.
Politisi Partai Demokrat ini mengatakan, AS akan memproduksi lebih banyak energi dari sumber angin dan panel surya tiga kali lipat lebih banyak pada 2025. Untuk itu, dia mengapresiasi inisiatif para anggota APEC yang bersepakat untuk memangkas emisi karbon di kawasan hingga 40% sepanjang dua dekade mendatang.
Peluang investasi dalam isu perubahan iklim ini, lanjut Obama, terletak pada bisnis energi baru dan terbarukan yang lebih bersih ketimbang sumber energi konvensional, a.l. panel surya dan angin.
Dia mengatakan, pola iklim dan ilmu pengetahuan tidak berbohong. Untuk itu, dia mendorong investor, khususnya di kawasan Asia Pasifik, untuk meningkatkan porsi investasi dalam inovasi energi terbarukan tersebut.
"Energi terbarukan akan membuka penyerapan tenaga kerja baru, dan juga mendorong pertumbuhan ekonomi. Pemerintah tentu tidak akan bisa melakukan sendiri. Ini adalah sinyal dari para pemimpin dunia untuk pelaku bisnis," ungkapnya.
Dari sisi bisnis, Presiden AS menyebutkan sejumlah perusahaan besar telah memulai langkah ini. Google, Apple dan WalMart adalah sejumlah nama yang sudah melakukan investasi besar-besaran dalam rangka pemenuhan energi bersih.
Dia bahkan menyebutkan, sektor swasta AS telah melakukan investasi hingga US$160 miliar untuk sektor energi baru dan terbarukan.
"Bukanlah kontradiksi antara menjaga lingkungan dengan pertumbuhan ekonomi, sebab keduanya saling melengkapi. Saya yakin, kita bisa menjalani transisi ke energi yang lebih bersih tanpa mengacaukan bisnis," kata Obama.
Selain itu, dia juga menyinggung pelambatan laju produk domestik bruto yang terjadi AS selama beberapa tahun terakhir sejak krisis finansial global.
Obama mengatakan konsumsi domestik Paman Sam sejatinya telah berada di jalur yang tepat, namun kondisi eksternal tidak memungkinkan pertumbuhan melaju kencang.
"AS terkena dampak dari transisi ekonomi yang memang diperlukan di China, lalu juga resultan dari apa yang terjadi di negara-negara berkembang, seperti Brasil dan Rusia," ujarnya.