Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

APSYFI: Utilitas Industri Hulu Tekstil Susut Tinggal 60%

Industri hulu tekstil mengalami penurunan produksi sepanjang tahun ini dengan tingkat utilitas berkisar 60%, akibat gempuran produk impor.
Industri benang/Ilustrasi-Bisnis
Industri benang/Ilustrasi-Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA – Industri hulu tekstil mengalami penurunan produksi sepanjang tahun ini dengan tingkat utilitas berkisar 60%, akibat gempuran produk impor.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Serat Fiber dan Benang Filamen Indonesia (Apsyfi) Redma Gita Wirawasta menjelaskan bahwa saat ini industri hulu tekstil nasional terbagi atas tiga produsen yakni serat sintetis polyester, rayon dan benang filamen.

Dia menjelaskan bahwa industri benang filamen dan serat polyester paling tertekanan selama tiga tahun belakangan akibat kondisi kelebihan pasokan global akibat penambahan kapasitas China serta adanya praktik dumping yang dilakukan oleh beberapa negara produsen.

“China itu ekspansi hulu besar sekali sementara hilirnya mandek. Mereka tidak menurunkan produksi, makanya akhirnya ke mana-mana. Kita sulit bersaing dengan itu. Terutama mereka sudah melemahkan mata uang yuan mereka,” ujarnya pada Bisnis, Senin (23/11/2015).

Dia mengatakan bahwa produsen serat poleyster mengalami penurunan produksi hingga rerata 24% sepanjang tahun ini, dengan kondisi tiap kuartal semakin anjlok. “Di kuartal pertama utilitas nasional masih 80%, tapi di kuartal keempat tinggal 50%.”

Adapun untuk produsen benang filamen, penurunan produksi sepanjang tahun ini berkisar 40%. Dia menjelaskan bahwa BMAD yang diberlakukan sejak 2013 belum efektif dalam melindungi produsen dalam negeri.

Dia menjelaskan bahwa satu-satunya langkah yang bisa ditempuh industri hulu tekstil hanyalah mengurangi produksi. Namun menurutnya, kondisi pada tahun ini sudah berada dalam tahap maksimal pengurangan produksi.

“Makanya kami bilang hidup dan mati, karena produksi sudah 50%. Kalau kemarin diturunkan, ya karena masih bisa turun. Ini sudah tidak bisa. Kalau mau diturunkan lagi ya setop, mati. Karena memang ada kapasitas minimal untuk berproduksi,” katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Shahnaz Yusuf
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper