Sekretaris Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum dan perumahan Rakyat (PUPR) Taufik Widjoyono meyakini pembangunan daerah pinggiran akan mampu mengurangi beban kota, mengingat sekitar 54% penduduk dunia kini tinggal di perkotaan, seperti tercantum dalam laporan World Urbaniztion Prospects yang dirilis Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Laporan tersebut juga memperkirakan, jumlah penduduk yang tinggal di perkotaan akan meningkat menjadi 66% pada 2050. “Ada tiga hal yang bisa dilakukan untuk menangani urbanisasi, yakni menegakkan regulasi tentang rencana tata ruang, memiliki rencana pembiayaan supaya kota bisa membiayai dirinya sendiri, dan proses perencanaan urbanisasi yang lebih baik,” ujarnya.
Sekretaris Jenderal Habitat III Joan Clos menilai, negara seperti Jepang, Korea Selatan dan China bisa menjadi contoh sukses pengelolaan urbanisasi di kawasan Asia. Meskipun urbanisasi dilakukan secara spontan, ujarnya, tetapi pengelolaan yang baik terhadap urbanisasi mampu mendorong perbaikan ekonomi secara nasional.
“Urbanisasi adalah pilar untuk pembangunan. Asia menjadi bukti hubungan erat sebab-akibat antara urbanisasi dan pembangunan. Kita bisa melihatnya dari Jepang setelah Perang Dunia II, Korea, dan China yang memimpin proses pembangunan yang sejak awal telah terkait dengan urbanisasi,” ujarnya.
Ya, urbanisasi yang masif dapat meng-ubah konstruksi sosial masyarakat. Di sisi lain, ini menjadi salah satu alasan untuk mempersiapkan lahan demi terjadinya pembangunan. Pengelolaan urbanisasi tentu saja harus dilakukan dengan mengedepankan pendekatan sosial budaya yang sesuai dengan masing-masing daerah.