Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Teknologi Perbenihan, Sudah Siapkah Pertanian Kita?

Kabarnya, Seedcare Institute tersebut rencana awalnya akan dibangun di Indonesia. Namun, polemik seputar proteksi, daftar negatif investasi (DNI), dan kebijakan subsidi benih lokal mengurungkan niat investor untuk membangun pusat penelitian tersebut di Tanah Air.
Ilustrasi
Ilustrasi

Sedikit ironis, sebenarnya, bahwasanya teknologi dan inovasi untuk benih yang sedemikian majunya dibangun di Singapura; negara yang tidak memiliki sektor agribisnis dan terjerat dependensi tinggi pada impor pangan.

Jika institut yang adalah milik grup Syngenta itu ingin menyasar sektor agrikultur dan katanya ingin memperkuat ketahanan pangan di Asean, mengapa harus membangun pusat penelitian benihnya di Singapura? Lalu, sudah siapkah Asean dengan inovasi seed treatment?

Head Seedcare Asia Pasifik, Saad Haroon, menjelaskan Singapura adalah negara Asean yang paling luwes dengan regulasi seputar investasi penelitian dan pengembangan.

Oleh karena itu, negara tersebut cocok dijadikan sebagai simpul (hub) riset agrikultur di kawasan.

Kabarnya, Seedcare Institute tersebut rencana awalnya akan dibangun di Indonesia. Namun, polemik seputar proteksi, daftar negatif investasi (DNI), dan kebijakan subsidi benih lokal mengurungkan niat investor untuk membangun pusat penelitian tersebut di Tanah Air.

Sejatinya, inisiatif pembangunan fasilitas itu didasari oleh fakta bahwa di Asean terdapat lebih dari 45 juta hektare lahan pertanian (khususnya padi).

Namun, tidak sampai 1 juta hektare yang sudah digarap dengan penggunaan treated seed.

Padahal, menurut Saad, treated seed adalah produk bernilai tambah yang dapat menaikkan rata-rata imbal hasil (yield) produksi lahan sebesar 6%.

Sayangnya, baru 1% [lahan di Asean] yang sudah merasakan kenaikan yield akibat penggunaan treated seed ini.

Selain menaikkan produktivitas, treated seed juga diklaim lebih ramah lingkungan dan baik bagi keberlanjutan sektor agrikultur di Asia Tenggara.

Sebab, prinsip dasar yang digunakan adalah pengaplikasian bahan kimia seminimal mungkin untuk hasil semaksimal mungkin.

Halaman Selanjutnya
1. Ironi Indonesia

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Saeno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper