Bisnis.com, JAKARTA - Bank of Japan memutuskan untuk tidak menambah stimulus moneter.
Gubernur Bank of Japan (BOJ) Haruhiko Kuroda dan jajarannya terus mengukur dampak ekonomi dari kebijakan tingkat suku bunga negatif menjelang pemilu bulan depan.
Dengan ketidakpastian prospek pasar global, BOJ mempertahankan suku bunga acuannya pada minus 0,1% dan tidak mengubah target basis moneter tahunan senilai 80 triliun yen (US$764 miliar).
Sebelumnya, 28% dari ekonom dalam survei Bloomberg memperkirakan pelonggaran tambahan pada pertemuan ini, sedangkan 55% lainnya memperkirakan pelonggaran pada pertemuan berikutnya pada 29 Juli, ketika BOJ akan memperbarui proyeksi inflasi.
Dengan menahan pelonggaran, Kuroda dapat lebih mempertimbangkan arah kebijakan moneter AS, serta melihat dampak referendum di Inggris dan hasil dari pemilihan majelis tinggi Jepang pada 10 Juli mendatang.
"BOJ akan harus mengambil tindakan berani untuk menahan penguatan yen atau akan ada kekecewaan yang muncul," kata Takeshi Minami, kepala ekonom Norinchukin Research Institute seperti yang dikutip dari Bloomberg, Kamis (16/6/2016).
Takesi melanjutkan, BOJ tidak dapat bergerak saat ini karena hasil referendum Inggris pada 23 Juni dapat menghapus dampak apa pun yang terjadi saat ini.
Menurut laporan Mizuho Research Institute, jika warga Inggris memilih untuk keluar dari keanggotaan Uni Eropa, mata uang Jepang dapat menguat sebesar 6 yen per dolar dan sementara Nikkei 225 Stock Average dapat turun hingga 3.000.