Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BPDP Usulkan Visi Sawit Indonesia 2045

Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit Kementerian Keuangan mengusulkan Visi Sawit Indonesia 2045 dalam upaya memberikan sumbangan terbaik berupa industri perkebunan tersebut yang berkesinambungan serta memberi kesejahteraan.
Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) Kelapa Sawit Kementerian Keuangan Bayu Krisnamurthi./Bisnis
Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) Kelapa Sawit Kementerian Keuangan Bayu Krisnamurthi./Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit Kementerian Keuangan mengusulkan Visi Sawit Indonesia 2045 dalam upaya memberikan sumbangan terbaik berupa industri perkebunan tersebut yang berkesinambungan serta memberi kesejahteraan.

"Visi tersebut seharusnya bisa lebih komprehensif dibandingkan dengan visi 2020 dan setidaknya ada sejumlah pilar yang saling terkait satu sama lain yang akan jadi pemandu perjalanan pengembangan sawit Indonesia ke depan," kata Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) Kelapa Sawit Kementerian Keuangan Bayu Krisnamurthi kepada pers di Jakarta, Kamis (21/7/2016).

Pernyataan tersebut disampaikan saat pertemuan pemangku kepentingan sawit Indonesia sekaligus halal bihalal yang dihadiri seratusan pengusaha sawit nasional.

Dikatakannya, paling tidak ada dua alasan mengapa pihaknya menyampaikan visi tersebut. Pertama, tahun ini dan tahun-tahun mendatang adalah periode sawit Indonesia melakukan perem,ajaan dan umur ekonomis tanaman sawit berkisar 23-30 tahun. Tahun 2045 adalah satu siklus produksi tanaman sawit yang akan ditanam pada tahun-tahun ini.

Kedua, tahun 2045 adalah 100 tahun Republik Indonesia dan sebagai salah satu produsen sawit terbesar di dunia, komoditas tersebut diharapkan bisa memberi kebanggaan bagi rakyat dan bangsa Indonesia.

Saat ini, kata Bayu, meskipun masih ada fluktuasi yang kadang tajam, tapi secara fundamental permintaan minyak nabati dunia masih kuat, dan pasar semakin memahami bahwa sawit sangat diminati dan dibutuhkan konsumen serta tidak bisa tergantikan minyak nabati lain.

"Ekspor produk sawit Indonesia sudah lebih dari 30 juta ton, belum termasuk produk yang diserap di dalam negeri," katanya.

Portofolia bisnis sawit telah berkembang, bukan hanya berbasis pada minyak makan tetapi berkembang seimbang dengan produk yang secara fundamental dibutuhkan masyarakat dalam jumlah besar seperti bioplastik dan bahan bakar nabati.

Bahan bakar nabati sawit pun tidak hanya dalam bentuk cair (biodisel dan bioetanol) tetapi juga dalam bentuk padat seperti cangkang buah atau dalam bentuk gas seperti listrik yang dihasilkan oleh biogas dari hasil limbah sawit.

Bayu mengatakan, biodisel sawit saat ini memasuki tahapan pengembangan yang menentukan dengan investasi disisi produksi yang sanga berkembang.

Di Indonesia, jumlah kapasitas terpasang produksi biodisel mencapai 9,5 juta kilo liter, tapi investasi disisi logistik dan konsumsi baru sekitar 30 persen dari jumlah tersebut.

Jika investasi dari sisi logistik dan konsumsi mencapai 60 persen maka salah satu tulang punggung industri sawit akan mencapai kondisi untuk dapat tinggal landas dengan pertumbuhan lebih cepat. "Untuk mencapai itu maka kita membutuhkan akselerasi," katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Martin Sihombing
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper