Bisnis.com JAKARTA – Pelaku industri kaca khawatir rencana pembangunan pabrik kaca China sebesar tiga tungku di Malaysia akan mengganggu industri dalam negeri. Pasalnya, barang impor dari Malaysia berpotensi membanjiri Indonesia.
Ketua Asosiasi Kaca Lembaran dan Pengaman (AKLP) Yustinus Gunawan mengatakan China berencana membangun pabrik di Malaysia dengan kapasitas 650.000 ton per tahun, sehingga total kapasitas kaca Malaysia akan naik menjadi 950.000 ton per tahun.
“Dengan permintaan dalam negeri Malaysia sekitar 500.000 ton per tahun, sisanya [300.000 ton] akan diekspor. Pastinya akan ke Indonesia juga sebagai pasar terbesar dan terdekat dengan biaya rendah dan cepat,” ungkapnya kepada Bisnis, Kamis (4/8).
Dengan harga gas yang lebih kompetitif di Malaysia, katanya, daya saing produk manufaktur Malaysia akan sangat tinggi.
Kapasitas sebesar itu selain berdampak mengganggu pasar dalam negeri akan menyebabkan over kapasitas di kawasan Asean sehingga menyiutkan nyali investor untuk menanamkan modalnya di Tanah Air dalam beberapa tahun ke depan.
“Ini karena pemerintah masih mengambil pungutan sebagai penerimaan negara di hulu [sumber gas], dan bukan di hilir,” katanya.
Pembangunan pabrik di Malaysia tersebut menjadi sinyal negatif bagi pertumbuhan industri kaca dalam negeri. Buktinya, Yustinus memasang target koservatif pada pertumbuhan semester II akibat volume penjualan yang menurun.
“[pertumbuhan]masih melambat dan tidak terlalu optimistis, paling sekitar 4,8%- 5%. Andalannya tetap properti dan otomotif tapi masalahnya sama-sama mandek,” paparnya.
Guna menggenjot daya saing industri, pelaku industri kaca masih menanti peraturan Menteri Perindustrian yang bakal mengatur pedoman penetapan harga gas tertentu.
Yustinus menyebutkan ada tiga perusahaan di sektornya yang telah mengumpulkan dokumen ke Kementerian Perindustrian untuk mendapat harga gas tertentu, di antaranya PT Tossa Shakti, PT Asahimas Flat Tbk, dan PT Muliaglass.
“Industri di Jawa minta harga gas bumi turun US$2 per MMBtu sehingga menjadi US$7,18 per MMBtu dari rerata harga gas US$9,18 per MMBtu,” katanya.