Bisnis.com, JAKARTA – PT ARK Logistics and Transport tengah membangun sepuluh gudang express di sekitar Jabodetabek untuk mengakomodasi paket-paket pengiriman e-commerce.
Group CEO PT ARK Logistics and Transport Abdul Rahim Tahir menyatakan pihaknya akan membangun 10 gudang distribusi barang-barang paket e-commerce di Jabodetabek karena arus barang masih tersentralisasi pada kawasan tersebut. “Kami mau tak mau harus ada di 10 titik itu sampai akhir 2016,” kata Rahim, Rabu (31/8/2016).
Rahim menjelaskan luas gudang tersebut sekitar 3.000 m2 sampai 5.000 m2 dengan kapasitas sekitar 100.000 paket per hari.
Pada pertengahan September, ARK akan mengadakan audit untuk meningkatkan pelayanan pergudangan dengan menambah sejumlah fitu teknologi. Misalnya, dengan memperkuat sistem real time trucking update, agar keberadaan barang selalu dalam pantauan konsumen.
“Kami berupaya meningkatkan sumber daya manusia yang akan mengendalikan teknologi ini. Jadi kami mau kualitas mereka masing-masing ditingkatkan sesuai jobdesk-nya, mereka harus paham proses-prosesnya,” ungkap Rahim.
Dia mengatakan setelah fokus menggarap bisnis pergudangan melayani pemilik barang di Jabodetabek, ARK Logistics akan mengembangkan usahanya ke Bandung, Jawa Barat dan ke berbagai ibu kota provinsi lainnya.
Dia menambahkan bahwa pembangunan 10 gudang ini masih akan berlanjut sampai terbangun 59 gudang baru lain yang tersebar di seluruh Indonesia sampai akhir 2017.
Rahim menyebut investasi pembangunan semua gudang tersebut masih termasuk dalam investasi US$50 juta yang juga digunakan untuk membangun gudang di Cibatu, akhir Juli lalu. “Gudang tersebut akan dilengkapi transportasi mobil, van, truk, motor, totalnya sekitar 200 unit,” sambungnya.
Rahim menyebut upaya ini akan menggenjot pertumbuhan perusahaan antara 20% sampai 30%. Sebanyak 70% gudang perusahaan ARK Logistics masih berisi barang-barang pengguna baru. Sisanya, 30% adalah perusahaan barang-barang otomotif.
Upaya ini membuat Rahim yakin bahwa perusahaannya mampu menekan biaya logistik semakin kecil. Saat ini biaya logistik Indonesia masih cukup tinggi sekitar 24% dari produk domestik bruto (PDB).
