Bisnis.com, JAKARTA – Badan Restorasi Gambut tengah menjajaki kerja sama dengan sejumlah lembaga donor dan investor swasta asing dalam upaya memulihkan lahan gambut yang rusak di Tanah Air.
Kepala BRG Nazir Foead mengatakan pemerintah akan mengintegrasikan sumber-sumber pendanaan dari luar negeri untuk kegiatan restorasi. Kerja sama konkret akan dimulai pada tahun depan.
“Para pejabat pemerintah Indonesia hari ini bertemu dengan para pendonor dan investor di New York City, Amerika Serikat, untuk membahas target-target yang ditetapkan dan memetakan langkah untuk mencapai target restorasi gambut di Indonesia,” katanya dalam keterangan resmi, Kamis (22/9/2016).
Nazir menyebutkan salah satu potensi yang bisa digarap oleh investor asing adalah konsesi restorasi ekosistem. Investor juga didorong bekerja sama dengan masyarakat mengembangkan sistem pertanian terpadu lengkap dengan rantai pasokan hingga menjangkau pasar lokal dan global.
Sumber pembiayaan dari luar negeri yang sudah berminat untuk terlibat dalam restorasi terbagi dalam beberapa kategori. Pertama, lembaga donor swasta yang akan mendanai pengawasan dan peningkatan kapasitas ekologis dalam kawasan yang bernilai konservasi tinggi. Masuk dalam daftar ini adalah taipan George Soros, Hewlett Foundation, IKEA Foundation, Packard Foundation, dan Climateand Land Use Alliance (CLUA).
“Packard dan CLUA sudah berkomitmen US$15 juta yang tertuang dalam nota kesepahaman dengan BRG,” katanya.
Kedua, investor swasta yang mencari peluang investasi melalui percontohan pendanaan investasi karbon. Bebebapa diantaranya adalah Packard Foundation, MacArthur Foundation, Goldman Sachs, Tom Steyer, dan Good Energies Foundation.
Ketiga, hibah bilateral. Untuk kategori ini, Nazir menyebutkan Norwegia berkomitmen menyalurkan US$1 miliar untuk memproteksi gambut dan menawarkan pendanaan baru khusus untuk restorasi dan konservasi lahan gambut.
Keempat, jaminan pinjaman untuk mengurangi resiko investasi. Skema ini dijajaki oleh Pemerintah Amerika Serikat melalui United States Agency for International Development (USAID) dan Overseas Private Investment Corporation (OPIC).
Selain itu, Nazir mengatakan Indonesia, AS, Jerman, dan Norwegia juga bersama-sama mendesak Green Climate Fund agar memprioritaskan pendanaan untuk upaya restorasi gambut.
BRG membutuhkan dana sedikitnya sebesar Rp14,7 triliun untuk kegiatan restorasi lahan gambut sepanjang 2016-2020. Dana dari luar negeri akan menjadi sumber pembiayaan agar tiap tahun tidak terlalu membebani Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Sebelumnya, Anggota Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Ichsan Firdaus mewanti-wanti BRG agar mencermati setiap komitmen dana dari negara asing. Jangan sampai, tambah dia, pemberian dana itu dibarengi dengan intervensi yang merongrong independensi dan kedaulatan negara.
“Bantuan itu kan tidak mungkin kalau tidak ada motif. Pemerintah harus hati-hati,” katanya.