"Deflasi di Kaltim terjadi karena adanya penurunan indeks harga yang tinggi pada salah satu kelompok pengeluaran yaitu kelompok bahan makanan yang alami deflasi 0,99%," kata Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Kaltim, Siti Farisyah Yana, Senin (3/10).
Deflasi yang terjadi di Kaltim ini, menurut Siti, bertolak belakang dengan inflasi nasional sebesar 0,22%. Dengan deflasi Kaltim ini, maka akan menurunkan angka inflasi kalender Kaltim sebesar 2,20%.
"Jika tidak deflasi, kemungkinan inflasi kalender Kaltim tidak sebesar 2,20% dan mungkin lebih besar," ujar Siti.
Selain itu, deflasi Kaltim mengikuti fenomena yang terjadi di pemerintah pusat tingkat nasional bahwa terjadinya pelambatan ekonomi yang memberi dampak pengendalian harga di tingkat konsumen.
"Untuk bahan makanan jadi, perumahan, pendidikan, sandang, transportasi dan komunikasi di Kaltim mengikuti fenomena pemerintah pusat yang alami peningkatan (inflasi) " kata Siti.
Jika dirinci menurut kota, pada September 2016, kota Samarinda alami deflasi -0,20% dan Balikpapan alami 0,21% dengan masing-masing inflasi kalender 1,76% dan 2,79%.
"Sementara kondisi kota-kota lain yang berada di pulau Kalimantan, inflasi tertinggi terjadi di Kota Banjarmasin dan Palangkaraya 0,11%. Sementara, kota lain alami deflasi dengan deflasi tertinggi Pontianak -1,06% diikuti Singkawang -0,75% kemudian kota Sampit -0,46%, Tanjung -0,45% dan Tarakan -0,44%," ujar Siti.