Bisnis.com, JAKARTA - Sepanjang pekan lalu, Kecamatan Sukadana, Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat, sangat sibuk dan hiruk-pikuk. Warga di sana punya hajatan besar. Mereka menyambut dan mempersiapkan datangnya pergelaran Sail Selat Karimata (SSK) 2016.
Setiap tahun, saat SSK tiba, Kayong Utara mendadak ramai. Bagai magnet, kabupaten pemerkaran dari Kota Ketapang sejak 2007 itu menggaet ribuan tamu. Tiket penerbangan menuju ke Bandara Rahadi Oesman ludes pada pekan SSK. Seluruh penginapan penuh terisi.
Tentu saja, perhelatan internasional itu tidak luput dari atensi pemerintah. Terbukti, belasan kementerian dan lembaga negara terjun sebagai panitia acara. Pemerintah ingin agar acara SSK bisa menjadi prioritas pariwisata nasional dan trending topic di seantero Nusantara.
Perhatian ekstra itu juga dicurahkan langsung oleh Presiden Joko Widodo. Di tengah ruwetnya problematika dan berbagai isu politik yang bergolak di Ibukota pada Jumat (14/10/2016), RI-1 terbang ke Kayong Utara untuk menemui kawasan yang minim eksploitasi itu.
Pada malam persinggahan di Kecamatan Sukadana, Jokowi memilih absen dari undangan gala dinner yang dihelat bupati. Alih-alih, dia justru memberikan penampilan kejutan pada Jumat malam saat warga tengah asyik menikmati musik dangdut di panggung hiburan rakyat.
Keesokan paginya, kendati disambut oleh hujan angin, presiden menghadiri peresmian acara puncak Sail Selat Karimata 2016 di anjungan Pantai Pulau Datok. Dia tampak bersahaja dengan kemeja putih polos, di tengah kerumunan massa berpenampilan necis.
Sayangnya, tidak ada Ibu Negara Iriana di sisinya. Dengan gaya khasnya yang santai saat berpidato, mantan Gubernur DKI itu kembali mengingatkan warga akan pentingnya peran kelautan dan wisata bahari bagi penduduk Indonesia, tak terkecuali Kalimantan Barat.
Namun, yang lebih penting dari itu, dia meminta dengan sangat agar perhelatan SSK tidak berhenti sebatas sebagai pergelaran pengundang keramaian dan seremonial belaka. Dia meminta agar event pariwisata bahari itu bisa menjadi ‘pancingan’ roda ekonomi di Kalbar.
“Saya tidak ingin nanti setelah Sail Karimata berakhir, Kayong Utara langsung sepi dan senyap, tidak ada dampaknya terhadap ekonomi rakyat. Sehingga, ini harus menjadi momentum kita untuk kembali pada jati diri budaya bahari bangsa,” tegasnya.
Presiden lalu menyempatkan diri bercanda dengan warga dengan main tebak-tebakan. Dia meminta beberapa siswa sekolah dan ibu rumah tangga untuk menjawab pertanyaan seputar pengetahuan umum kemaritiman, seperti nama pulau, nama ikan, dan nama kabupaten.
Namun, di balik candanya itu, presiden menyiratkan pesan tegas agar Sail Selat Karimata tidak menjadi ajang buang-buang uang yang mubazir. Percuma menggelar event pariwisata bertaraf internasional kalau dampaknya tidak bisa berkelanjutan bagi ekonomi warga.
Untuk diketahui, demi menjadi tuan rumah puncak acara SSK 2016, Kabupaten Kayong Utara yang biasanya sepi itu telah melakukan pembenahan besar-besaran. Berbagai fasilitas dibangun oleh kementerian dan BUMN untuk membuat acara tersebut sukses.
PT PLN (Persero), misalnya, menambah daya listrik sebesar 2 MW di Sukadana. Sementara itu, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) membangun sentra informasi nelayan dan stan produk unggulan daerah.
Telkom Indonesia membangun 49 base transceiver station (BTS)—15 BTS 4G dan 13 compact mobile base transceiver(Combat)—di Pantai Pulau Datok, Pulau Pelapis, Pulau Karimata, Pelabuhan Teluk Batang, Pelabuhan TPI Sukadana, Bandara Rahadi Oesman, dan Bandara Supadio.
Direktur Network Telkomsel Sukardi Silalahi mengatakan optimalisasi jaringan itu adalah upaya untuk mendukung pembangunan pariwisata di daerah. “Karena telekomunikasi adalah faktor penting dalam perkembangan pariwisata, khususnya dari sisi pertukaran informasi.”
Tak mau kalah, Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) juga menyumbang sebuah fasilitas layar ‘misbar’ (gerimis bubar) permanen yang terapung di atas perairan Pantai Pulau Datok bagi warga Kayong Utara yang tidak memiliki gedung sinema.
“Ini adalah komitmen kami untuk mendorong industri film nasional, sekaligus mengingatkan bahwa persebaran bioskop di Indonesia tidak merata, sehingga perlu ditingkatkan lagi di daerah-daerah yang terpinggirkan,” kata Kepala Bekraf Triawan Munaf.
Upaya-upaya untuk membuat Kayong Utara lebih nyaman dan accessiblemerupakan bukti jelas bahwa Sail Selat Karimata memang diadakan pemerintah untuk mendongkrak percepatan pembangunan di daerah tersebut secara berkelanjutan.