Bisnis.com, JAKARTA – Untuk mengoptimalkan kapasitas pelabuhan kering dan pusat logistik berikat, pemerintah mengimbau para importir untuk mulai beralih menggunakan dua program tersebut guna menurunkan dwelling time.
Bay M Hasani, Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Laut Kementerian Perhubungan, mengatakan Kemenko Maritim ingin mengevaluasi kinerja pelabuhan kering Cikarang Dry Port. Pasalnya, tingkat keterisian kapasitas yang belum maksimal membutuhkan sosialisasi yang komprehensif antara pelaku usaha, pemerintah, dan importir.
“Dikumpulkan dulu ini semua importir, duduk bersama kami akan menjelaskan untung dan ruginya dari dry port ini, kelebihannya apa dibandingkan Pelabuhan Tanjung Priok,” ungkap Bay usai rapat tentang dry port di Gedung BPPT, Kemenko Maritim, Senin (17/10/2016).
Dia menyebut sosialisasi ini penting untuk menyamakan persepsi antara pemangku kepentingan. Dalam sosialisasi tersebut, Bay juga mengakui pemerintah akan memberikan sejumlah pemaparan tentang perbedaan tarif dan regulasi di Pelabuhan Tanjung Priok dan di Cikarang Dry Port.
“Di Pelabuhan Tanjung Priok ini hanya satu hari free, setelah dari tiga hari bisa terkena tarif progresif. Nanti hal-hal seperti itu bisa dibahas juga dengan CDP,” sambungnya.
Sekretaris Jenderal Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI) Achmad Ridwan mengatakan beberapa kendala importir tidak banyak memanfaatkan dry port karena lokasinya tidak sesuai dengan kawasan industri yang dituju.