Bisnis.com, JAKARTA--Tingkat keterisian muatan balik kapal tol laut masih di bawah 10% karena belum siapnya infrastruktur pendukung di pelabuhan terpencil serta tidak adanya konsolidiasi untuk pengisian muatan balik.
Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Laut Ditjen Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Bay M. Hasani mengungkapkan trayek tol laut pada awalnya hanya ditujukan untuk mengurangi disparitas harga melalui ketersediaan barang di daerah terpencil, terluar dan perbatasan sehingga muatan balik tidak menjadi fokus utama.
"Dalam perkembangannya terdapat muatan balik, muatan antar pelabuhan yang diangkut kapal tol laut yang umumnya merupakan produk unggulan dan potensial daerah. Sayangnya, jumlahnya belum banyak," ujarnya dalam Evaluasi Penyelenggaraan Tol Laut, Kamis (17/11).
Dia mencontohkan muatan balik tratek T-1 yakni Tanjung Perak-Wanci-Namlea-Fakfak-Kaimana-Timika-Kaimana-Fakfak-Namlea-Wanci-Tanjung Perak load factor atau tingkat keterisian muatannya hanya mencapai 0,39% atau 6 TEUs dari total kapasitas KM Freedom yang dijalankan Pelni sebesar 192 TEUs.
Jumlah muatan sebanyak 6 TEUs tersebut juga didapatkan dari realisasi perjalanan (voyage) sebanyak delapan kali.
Adapun muatan balik yang paling besar selama 2016 dicatatkan oleh KM Caraka Jaya Niaga III-22 yang beroperasi di trayek T-3 (Tanjung Perak-Larantuka-Lewoleba-Rote-Sabu-Waingapu-Sabu-Rote-Lewoleba-Larantuka-Tanjung Perak) dengan total muatan balik sebesar 7.93% atau 73 TEUs dari total kapasitas kapal 115 TEUs selama delapan kali realisasi perjalanan.
Sementara itu, trayek T-2, T-4, dan T-5 muatannya kosong. Untuk T-6, kapal yang beroperasi adalah KM Caraka Jaya Niaga III-4. Kapal ini mengangkut kargo umum, bukan seperti trayek lain yang muatannya peti kemas.
Khusus untuk T-6, realisasi muatan balik kargo umum hanya mencapai 11,5 ton atau 0,47%. Dalam perhitungan Bisnis, realisasi muatan balik tol laut 2016 hanya sebesar 9,1% atau 79 TEUs dari total kapasitas angkutan tol laut 866 TEUs ditambah realisasi kargo umum 0,47% khusus bagi kepulauan di Natuna.
Sementara itu, Bay mengatakan realisasi muatan berangkat angkutan tol laut mencatatkan pertumbuhan yang signifikan tiap rutenya. Berdasarkan perhitungan yang diterima Kemenhub, tingkat keterisian rata-rata muatan berangkat sudah mencapai di atas 50%. Bahkan, lanjut Bay, T-3 dengan KM Caraka Jaya Niaga III-22 bahkan tingkat keterisian perjalanan terakhirnya mencapai 102,61% atau kelebihan muatan.
Dalam voyage ke-8, kapal tersebut mengangkut hingga 118 TEUs dari kapasitas terpasang yang hanya 115 TEUs. Sayangnya, trayek Natuna (T-6/ Tanjung Priok-Tarempa-Natuna-Tarempa-Tanjung Priok) belum memperlihatkan tingkat keterisian berangkat yang baik seperti yang trayek lainnya.
"Muatan sedikit karena penduduk tidak banyak. Di sana ada dua kabupaten. Masalahnya Natuna sekitarnya laut lepas, kalau musim angin utara itu ombaknya besar. Makanya kapalnya liner kita kapal besar," ujarnya.
Muatan Balik Tol Laut Masih Kedodoran
Tingkat keterisian muatan balik kapal tol laut masih di bawah 10% karena belum siapnya infrastruktur pendukung di pelabuhan terpencil serta tidak adanya konsolidiasi untuk pengisian muatan balik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Hadijah Alaydrus
Editor : Rustam Agus
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
38 menit yang lalu