Bisnis.com, JAKARTA - Neraca perdagangan pada November 2016 berpeluang masih mencetak surplus karena dorongan kenaikan harga komoditas.
Bank Indonesia memperhitungkan neraca perdagangan bulan lalu bisa mencapai sekitar US$1,6 miliar-US$1,7 miliar atau meningkat dari pencapaian Oktober 2016 yang tercatat surplus US$1,21 miliar dan September 2016 surplus US$1,22 miliar.
Juda Agung, Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, menuturkan peningkatan volume ekspor pada sektor manufaktur mengalami peningkatan sehingga mendorong kenaikan surplus perdagangan selain dari harga komoditas. Dia menyebutkan rata-rata kenaikan volume ekspor sektor manufaktur dua bulan terakhir mencapai 7% (year-on-year/yoy).
“Manufaktur juga volumenya naik. Rata-rata selama dua bulan di Oktober-November naik 7% (yoy),” katanya, Selasa (13/12/2016).
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat surplus perdagangan pada Oktober 2016 sebesar US$1,21 miliar sehingga performa perdagangan hingga saat ini (year to date) tercatat surplus US$6,93 miliar. Pencapaian itu menurun dibandingkan kinerja periode yang sama tahun lalu US$8,23 miliar.
Pada saat bersamaan, kinerja impor terkontraksi hingga 7,50%. Impor barang konsumsi saat itu turun 3,86% (month to month/mtm). Sementara, bahan baku/penolong dan barang modal masing-masing mengalami kenaikan 0,59% dan 8,96%.
Secara tahunan, impor barang konsumsi tumbuh 23,95% (yoy), sementara impor bahan baku/penolong hanya tercatat tumbuh 3,47% dan impor barang modal menurun 3,15%.