Bisnis.com, JAKARTA - Pelaku usaha peternakan unggas mengaku dalam dua bulan terakhir mengalami kerugian sebanyak Rp2,8 triliun akibat jatuhnya harga ternak mereka, sementara harga sarana produksi mengalami kenaikan.
Ketua Perhimpunan Peternak Rakyat dan Perunggasan Nasional (PPRPN) Rofi Yasifun di Jakarta, Kamis (30/3/2017) mengatakan, kerugian tersebut terdiri Rp1,2 triliun diderita peternak ayam broiler atau pedaging dan Rp1,68 triliun dari peternak ayam layer atau petelur.
"Jika kondisi terpuruk ini terus berlanjut, bisa dipastikan peternak unggas rakyat yang merupakan aset bangsa dalam memproduksi pangan protein hewani yang terjangkau serta menyerap tenaga kerja akan hilang dari Indonesia akibat usaha peternak unggas rakyat bangkrut," katanya di sela aksi petisi unggas rakyat di depan Istana Negara.
Dia mengatakan, usaha peternakan unggas rakyat sudah terpuruk sejak 2013 akibat kelebihan pasokan produk unggas di pasar yang menyebabkan harga ayam hidup, telur dan ayam pejantan di tingkat kandang peternak jatuh dibawah harga pokok produksi (HPP).
Namun demikian, lanjutnya, sepertinya tidak ada upaya perbaikan bagi usaha peternak unggas rakyat dari pemerintah, bahkan jumlah peternak yang merugi kian banyak.
"Ini terjadi akibat tidak berjalannya regulasi yang dijanjikan pemerintah untuk menyelamatkan peternak unggas rakyat," ucapnya.
Baca Juga
Sementara itu Ketua Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (Gopan) Herry Dermawan menyatakan, saat ini kalangan peternak unggas kesulitan memperoleh harga jagung dengan harga terjangkau untuk bahan baku pakan ayam.
Harga jagung, lanjutnya seharusnya di bawah Rp3.000/kg, namun demikian di pasaran mencapai Rp4.200 - Rp4.300/kg sehingga sangat memberatkan peternak rakyat, selain itu barangnya sulit diperoleh di pasar.
"Oleh karena itu adanya rencana Kabupaten Lamongan ingin mengekspor jagung ke Malaysia sangat menyakitkan hati peternak. Seharusnya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dulu," katanya, menegaskan.
Sementara itu, tambahnya, harga ayam hidup di pasaran hanya Rp11.000 per kilogram, sedangkan modal yang dikeluarkan peternak sebesar Rp18.000/kg sehingga kerugian yang ditanggung sebesar Rp7.000/kg.
Terkait hal itu, kalangan peternakan rakyat mengajukan sejumlah tuntutan kepada pemerintah antara lain menaikkan harga jual ayam hidup dan telur di atas HPP peternak, memberikan subsidi pakan ternak unggas dan sementara waktu tidak mengeluarkan izin "grand parent stok" (GPS) sampai situasi kondusif bagi perbikan peternakan rakyat.
Mereka juga meminta pemerintah menjaga ketersediaan jagung dengan harga terjangkau, menghentikan impor tepung telur, mendesak pemodal kuat tidak berinvestasi di bidang budi daya, pengembangan sektor hilir dan ekspor bagi pelaku intergrasi vertikal sedangkan pasar tradisional menjadi hak peternak rakyat.
Koordinator Sekretariat Bersama Aksi Penyelamatan Peternak Rakyat dan Perunggasan Nasional (PPRPN), Sugeng Wahyudi menyatakan ribuan peternak yang berunjuk rasa berasal dari berbagai wilayah di Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Banten. Sebagian lagi datang dari Kalimantan Selatan, Lampung, dan Sumatera Selatan.
Selain di depan Istana Merdeka, ribuan peternak tersebut akan berjalan kaki ke Kantor Kementerian Perekonomian, Kantor Kementerian Perdagangan serta Kementerian Pertanian di Ragunan.
"Ada sekitar 3.500 yang ikut aksi kali ini," ujar Sugeng.