Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kuota Impor Bibit Indukan Ayam Dikurangi

Kementerian Pertanian menetapkan kuota impor bibit indukan ayam atau Grand Parent Stock (GPS) tahun ini sebesar 650.000 ekor yang diberikan kepada 14 usaha pembibitan, turun dibandingkan dengan kuota tahun lalu.
Ilustrasi/indiamart.com
Ilustrasi/indiamart.com

Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Pertanian menetapkan kuota impor bibit indukan ayam atau Grand Parent Stock (GPS) tahun ini sebesar 650.000 ekor yang diberikan kepada 14 usaha pembibitan, turun dibandingkan dengan kuota tahun lalu.

Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak Kementerian Pertanian Surachman Suwardi menyebut kuota impor GPS pada tahun sebelumnya lebih dari 650.000 ekor.

"[Pengurangan kuota ini] agar tidak terjadi over supply. Penyebabnya tidak langsung. Penetapan kuota ini akan berdampak di produksi 2018," katanya dihubungi Bisnis, Senin (15/5).

Surachman menyampaikan angka ini ditetapkan bersama tim pakar setelah melakukan evaluasi terhadap tata niaga sepanjang tahun lalu. Dengan penetapan kuota tersebut, harapannya tidak terjadi kelebihan pasokan DOC sehingga menyebabkan harga ayam di tingkat peternak jatuh.

Dari data yang dihimpun Bisnis, kuota impor GPS pada 2016 sebesar 675.000 ekor dan tahun 2015 sebesar 700.000 ekor.

Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan I Ketut Diamirta menyebut kuota ini turun dari tahun lalu karena menyesuaikan kebutuhan riil anak ayam usia sehari atau Day Old Chicken (DOC) yang tahun lalu kelebihan pasokan.

"Karena GPS pada 2013 dan 2014 sangat berpengaruh pada keluaran parents stock-nya," katanya ditemui usai launching teaching farm dari PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk ke empat PTN, pada Senin (15/5).

Ketut menyebut, persediaan live bird sebesar 63 juta ekor per minggu, tetapi permintaan hanya 52 juta ekor per minggu. Maka, masih ada kelebihan pasokan sebanyak 11 juta ekor, sehingga perlu dilakukan pemangkasan DOC untuk menstabilkan harga.

Upaya lain yakni melalui pemangkasan parents stock kini tengah dibahas. Pemangkasan diusulkan dilakukan mulai Mei hingga Juli.

Hal ini untuk mengantisipasi kemungkinan harga ayam yang diprediksi jatuh pada pertengahan Juli atau sepekan setelah lebaran. "Besok keputusannya, penentuan setiap perusahaan akan di-cut berapa," imbuhnya. 

Diakui Ketut, cara ini banyak mendapat kritik karena dianggap sebagai upaya jangka pendek. Namun, dia mengakui upaya ini memberi hasil signifikan kepada peternak. Dia mencontohkan harga telur di tingkat peternak saat ini Rp19.200, naik dari sebelumnya yang sempat jatuh di harga Rp14.000. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper