Bisnis.com, JAKARTA—Permintaan kabel tembaga pada tahun ini terus tertekan dan diperkirakan hanya tumbuh di kisaran 15%. Sebaliknya, permintaan kabel aluminium melonjak hingga tiga kali lipat, didorong oleh proyek pembangkit listrik 35.000 megawatt.
Direktur PT Kabelindo Murni Tbk. Petrus Nugroho mengatakan walaupun harga aluminium dunia naik, margin yang diperoleh masih baik lebih dibandingkan dengan bisnis kabel tembaga. Hal ini karena PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), yang menjadi salah satu pembeli terbesar kabel aluminium, menetapkan harga beli yang dinilai cukup baik bagi para produsen.
“Untuk 2017, kami menargetkan pertumbuhan bisnis kami secara total sebesar 10%, ini salah satu faktornya karena permintaan kabel tembaga yang tidak terlalu baik,” katanya.
Emiten dengan kode saham KBLM tersebut memiliki produk antara lain bare conductor, kabel listrik tegangan rendah, kabel listrik tegangan menengah, kabel RF, shipboard cable, dan special cable. Berdasarkan laporan keuangan perseroan unaudited, pada September 2017 penjualan kabel listrik meningkat 16,30% y-o-y dari Rp746,50 miliar menjadi Rp868,20 miliar.
Kendati penjualan mengalami peningkatan, laba bersih tahun berjalan menurun dari Rp31,85 miliar menjadi Rp18,16 miliar secara tahunan. Beban pokok penjualan perseroan terkerek naik, salah satunya karena beban bahan baku juga naik 58,61% y-o-y dari Rp354,31 miliar menjadi Rp561,99 miliar.
Sebelumnya, Noval Jamalullail, Ketua Umum Asosiasi Pabrik Kabel Listrik Indonesia (Apkabel), mengatakan dengan kebutuhan kabel untuk transmisi listrik yang besar, permintaan kabel aluminium pada tahun ini meningkat lebih tinggi dibandingkan dengan jenis kabel lainnya.
Jenis kabel listrik aluminium dipilih untuk transmisi karena lebih ringan dan tahan panas dibandingkan dengan kabel tembaga. Kabel listrik tembaga, lanjut Noval, lebih banyak digunakan untuk instalasi listrik di perumahan maupun di gedung.