Bisnis.com, JAKARTA — Kontribusi PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau PT KAI terhadap penerimaan negara mengalami penurunan sepanjang semester I/2025, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Direktur Utama PT KAI, Bobby Rasyidin mengatakan, penurunan kontribusi KAI itu tercatat baik dari pajak maupun non-pajak (non-tax contribution).
Secara terperinci, pada semester I/2025 kontribusi non-pajak KAI terhadap penerimaan negara sebesar Rp900 miliar, turun 30,76% secara tahunan (year-on-year/YoY) dibandingkan periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp1,3 triliun.
"Kalau kita bandingkan dengan aktual 2024 masih lebih rendah. Tetapi kita masih punya 4,5 bulan ke depan untuk melampaui itu," ujar Bobby dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR, Rabu (20/8/2025).
Sementara itu, kontribusi pajak PT KAI terhadap penerimaan negara sebesar Rp3,5 triliun pada 6 bulan pertama 2025, turun 18,6% dibandingkan periode yang sama 2024 sebesar Rp4,3 triliun.
"Kalau kita lihat juga kontribusi pajak sekitar Rp3,5 triliun, dibandingkan dengan Rp4,3 triliun pada tahun sebelumnya," jelas Bobby.
Baca Juga
Alhasil, secara keseluruhan pada semester I/2025, total kontribusi KAI terhadap penerimaan negara sebesar Rp4,4 triliun dari pajak dan non-pajak, sementara pada periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp5,6 triliun.
Sebagai catatan, tren serupa juga pernah terjadi pada 2020 dan 2021, kontribusi KAI dalam bentuk penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dan pajak mengalami penurunan, serta tidak adanya kontribusi dalam bentuk dividen disebabkan operasional kereta api mengalami penurunan kinerja karena dampak pandemi Covid-19.
Sementara itu, pada tahun 2023 hingga saat ini, KAI juga tidak melakukan penyetoran dividen dikarenakan mempertimbangkan adanya penugasan strategis pada KAI.
Menilik kinerja keuangan terbaru, PT KAI mengantongi pertumbuhan pendapatan dan laba bersih yang tipis pada semester I/2025.
Berdasarkan laporan keuangan per 30 Juni 2025, PT KAI membukukan pendapatan Rp16,84 triliun sepanjang paruh pertama tahun ini. Realisasi itu naik 0,75% dari Rp16,72 triliun pada semester I/2024.
Pendapatan KAI bersumber dari pendapatan angkutan dan usaha lainnya Rp16,83 triliun, serta pendapatan konstruksi hanya Rp8,31 miliar.
Lebih terperinci, pendapatan KAI dari kereta penumpang kelas eksekutif, bisnis, dan ekonomi mencapai Rp6,31 triliun. Sementara itu, pendapatan dari angkutan batu bara Rp5,57 triliun, peti kemas Rp211,1 miliar, BBM Rp190,9 miliar, parsel Rp126,82 miliar, semen Rp78,52 miliar, perkebunan Rp58,07 miliar, dan lainnya Rp14,52 miliar.
Kantong pendapatan PT KAI juga terisi dari bisnis non-angkutan sebesar Rp958,83 miliar dan kompensasi pemerintah pendapatan layanan publik (PSO) senilai Rp2,32 triliun.