Bisnis.com, JAKARTA—Pengembangan kawasan petrokimia baru berbasis batu bara di Berau, Kalimantan Timur akan melibatkan Pupuk Indonesia dan Pertamina.
Direktur Utama PT Petrokimia Gresik Nugroho Christijanto mengatakan perusahaan telah mengembangkan model gasifikasi lebih terintegrasi di lokasi berbeda. Pengembangan industri petrokimia baru ini akan diarahkan ke induk usaha karena lebih membutuhkan methanol sebagai bahan baku.
"Kami sudah mengembangkan empat model yang lebih terintegrasi, untuk itu nanti [gasifikasi di Berau] lebih ke induk," kata Nugroho di kantor Kementerian Koordinator bidang Maritim di Jakarta, Senin (19/2/2018).
Nugroho tidak menjelaskan model gasifikasi terintegrasi yang dikembangkan oleh Petrokimia Gresik. Dia hanya menjelaskan kawasan petrokimia berbasis gas ini dalam paparan awal mengharapkan Pertamina sebagai pembeli. "Sekarang dilakukan kajian pendalaman untuk lebih lanjut," katanya.
Kepala Corporate Communication PT Pupuk Indonesia (Persero) Wijaya Laksana belum bersedia menjelaskan proyek di Berau ini. Namun, Pupuk Indonesia terus berupaya untuk memperkokoh bisnis dengan mencari bahan baku termurah dan terbaik.
Wijaya mengatakan saat ini sudah terdapat beberapa penandatanganan kesepahaman pembangunan industri petrokimia berbasis gas yang dilakukan oleh Pupuk Indonesia. Ia mencontohkan kerja sama kesepahaman yang dilakukan di antaranya dengan PT Bukit Asam di Sumatra Selatan.
"Tapi semuanya masih tahap study, melihat proyek ini layak investasi atau tidak. Kalau kurang menguntungkan tentu kami setop," katanya.
Saat ini kapasitas maksimal produksi pupuk mencapai 13,8 juta ton untuk berbagai tipe. Dari jumlah ini sebanyak 9,2 juta ton merupakan jenis urea. Pupuk dihasilkan melalui pencampuran amoniak dan asam arang yang membutuhkan suhu tinggi.
Sementara itu, Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Adiatma Sardjito belum merespons panggilan dan pertanyaan tertulis yang Bisnis ajukan terkait rencana gasifikasi batu bara di Berau ini.