Bisnis.com, JAKARTA - Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) mendorong produk fashion lokal menggali potensi pasar ekspor di Amerika Serikat, salah satunya dengan menangkap momentum perang dagang Amerika Serikat, yang kini meluas dengan Eropa dan Turki, setelah sebelumnya dilakukan terhadap China.
Ricky Joseph Pesik, Wakil Kepaka Bekraf, mengatakan produk fashion bisa mencuri peluang pasar AS, ketika Negeri Paman Sam itu terlibat perang dangan dengan China dengan saling mengenaakan tarif impor yang tinggi.
“Ini peluang Indonesia untuk menangkap dan masuk ke pasar Amerika secepatnya, di Agenda Show ini menjadi langkah ekspansi brand Indonesia," ujarnya dalam Konferensi Pers Agenda Show Jumat (22/6/2018).
Ricky menambahkan fashion merupakan subsektor unggulan yang berkontribusi besar pada sektor ekonomi kreatif nasional serta menyumbang ekspor terbesar dari 16 subsektor yang ada.
"Saat ini fashion merupakan subsektor kedua terbesar yang berkontribusi ke PDB [Produk Domestik Bruto] ekonomi kreatif dan ekspor terbesar di sektor Ekraf pada 2015 dengan 54,5%," tegasnya.
Menurut Data Outlook Ekonomi Kreatif 2017 yang diterbitkan Bekraf, subsektor fashion merupakan salah satu yang memiliki nilai pendapatan terbesar selain kuliner dan kriya.
Subsektor fashion pada 2016 mencatat nilai pendapatan senilai Rp166 triliun atau berkontribusi sebesar 18,01% terhadap PDB ekonomi kreatif.
Secara umum, nilai ekspor produk fashion Indonesia pada 2015 mencapai US$10,90 miliar dan memberikan kontribusi sebesar 54,54% terhadap total nilai ekspor sektor ekonomi kreatif. Angka ini meningkat 1,84% dibandingkan ekspor pada 2014.
Negara tujuan ekspor terbesar produk fashion Indonesia adalah Amerika Serikat dengan nilai sebesar US$4,72 miliar. Kemudian, di posisi kedua Jepang dengan nilai ekspor US$943,6 juta. Di posisi ketiga yaitu Jerman dengan nilai ekspor US$701 juta. Komoditas terbesar produk fashion ke Amerika Serikat berasal dari industri pakaian jadi dari tekstil.