Bisnis.com, DENPASAR – Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman memastikan Indonesia akan surplus beras hingga 400.000 ton pada November 2018 hingga Januari 2019. Hal itu diyakini walaupun biasanya masa tanam padi Juli – September 2018 dihadapi dengan musim paceklik.
Menurut Amran, saat ini pihaknya telah menyiapkan beberapa infrastruktur mulai dari pembangunan irigasi di seluruh Indonesia seluas 3,4 juta hektar, pembangunan lumbung hingga distribusi lebih dari 100.000 pompa air untuk memastikan masa tanam aman dari kekeringan. Selain itu, untuk memenuhi kebutuhan beras, pihaknya juga menambah luas areal tanam padi.
Kata dia, selama ini hasil produksi beras dari luas area tanam tidak mencukupi kebutuhan beras masyarakat. Misalnya, masa tanam Juli hingga September pada setiap tahun hanya mampu memenuhi separuh kebutuhan beras Indonesia. Pada masa tanam tersebut, biasanya luas lahan produksi adalah sebesar 500.000 hektar dengan potensi produksi 3 juta ton gabah. Namun, pada panen nantinya akan menghasilkan 1 juta ton beras.
Sementara, kebutuhan beras masyarakat Indonesia adalah 2,5 juta ton. Artinya akan ada defisit kebutuhan beras hingga 1 juta ton pada November.
“Jadi masa tanam Juli, Agustus, September kita jaga, dengan menjaga sumber masalahnya [luas tanam],” katanya, Kamis (7/9/2018).
Kata dia, saat ini luas area tanam untuk masa produksi Juli sampai September 2018 telah ditambah dua kali lipat menjadi 1 juta hektar. Dengan kondisi ini, akan mampu menghasilkan gabah hingga 6 juta ton yang akan menjadi 3 juta ton beras.
Jumlah beras yang akan dimiliki Indonesia ini belum termasuk stok di Bulog sebanyak 2,4 juta ton.
Kata dia, ini akan menjadi solusi permanen, yakni tidak boleh menanam di bawah 1 juta hektar. Selain itu, pembangunan irigasi, lumbung padi, pompa air, dan sumur juga akan terus ditingkatkan untuk memaksimalkan produksi.
“Sehingga kita nanti akan surplus 400.000 ton beras pada November hingga Januari,” katanya.